BAHAN
AJAR
ANALISIS
PELUANG USAHA AGRIBISNIS
Oleh
Sutoyo
MINGGU
I
SISTEM
AGRIBISNIS
I.
PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi Singkat
Minggu pertama perkuliahan menjelaskan tentang
tahap-tahap perkembangan pertanian menuju terbentuknya agribisnis, pengertian
agribisnis dan keterkaitan subsistem
dalam kegiatan agribisnis , peran agribisnis dalam perekonomian, dan perbedaan manajemen agribisnis
dengan manajemen yang lain
1.2. Manfaat Pembelajaran
Pemahaman konsep agribisnis, tahap-tahap
perkembangan pertanian menuju terbentuknya agribisnis, keterkaitan subsistem
agribisnis, peran agribisnis dalam
perekonomian dan perbedaan manajemen agribisnis dengan manajemen uasaha yang
lain bermanfaat bagi mahasiswa untuk
mengetahui pentingnya peran agribisnis dalam rangka menunjang industrialisasi
yang melibatkan banyak komponen dari hulu sampai ke hilir dan besar atau luasnya cakupan peluang usaha agribisnis.
1.3. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1) menjelaskan tahap-tahap perkembangan agribisnis;
2) menjelaskan konsep dan sistem
agribisnis,
3) menjelaskan peran agribisnis pada perekonomian,
4) menjelaskan
perbedaan manajemen agribisnis dengan manajemen usaha yang lain; dan
5) mengidentifikasi
usaha agribisnis mulai hulu sampai hilir dan membuat rancangan keterkaitan subsistem
pada suatu industri agribisnis.
II.
MATERI
2.1. Tahap-tahap Perkembangan Pertanian menuju terbentuknya
Agribisnis.
Kegiatan pertanian
dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam rangka
memenuhi kebutuhan hidup ini, mula-mula manusia melakukan kegiatan berburu
hewan dan mencari hasil buah dan tanaman di hutan-hutan. Cara hidup ini biasa
disebut nomaden, yaitu hidup berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lain.
Daerah yang sudah dirasa tidak menghasilkan buah dan hewan semakin menipis
ditinggal dan berpindah ke daerah lain yang keadaan hutannya masih menjanjikan
untuk mendapat makan lebih besar. Pada jaman ini, manusia belum melakukan
kegiatan pertanian.
Kegiatan pertanian
yang paling sederhana atau level paling bawah adalah bercocok tanam atau kalau
menyangkut masalah ternak dan ikan, adalah kegiatan memelihara ternak atau
ikan, Kegiatan ini telah melibatkan kegiatan pengolahan lahan, memilih dan
menanam bibit, memelihara sampai dengan panen. Kegiatan produksi dilakukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Dalam kegiatan ini belum ada
aktivitas menjual. Kalau toh ada, penjualan yang dilakukan hanya karena ada teman atau tetangga yang memerlukan. Kegiatan ini
adalah kegiatan pertanian, tapi belum dapat dikatan sebagai agribisnis.
Level berikutnya
adalah kegiatan bertani yang pelakunya disebut peasant. Dalam bahasa Indonesia,
peasant ini juga diterjemahkan sebagai petani, tetapi dalam kegiatan usahanya
masih bersifat subsisten yakni kegiatan usahatani yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan sendiri. Kegiatan penjualan baru dilakukan apabila produk
yang dihasilkan berjumlah lebih besar dari pada yang dibutuhkan petani dan
keluarganya. Kelebihan produk (marketable surplus) itulah yang dijual di pasar.
Dalam proses produksi, semua faktor produksi disediakan sendiri oleh petani
dari hasil produksi sebelumnya. Pembelian faktor produksi baru dilakukan jika
ada faktor produksi yang tidak dapat dipenuhi dari dalam keluarga petani
sendiri. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan pertanian. Namun karena tujuan
utama kegiatan ini adalah hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masih
bersifat subsisten , maka belum dapat dikatakan sebagai agribisnis.
Level selanjutnya
adalah kegiatan berusahatani yang pelakunya disebut farmer. Farmer juga
diterjemahkan sebagai petani, tetapi petani yang dalam kegiatan usahanya telah
berorientasi pasar. Keuntungan menjadi motivasi utama dalam melakukan kegiatan
pertanian. Keputusan untuk melakukan proses produksi didasarkan pada keadaan
kebutuhan konsumen dan harga pasar. Faktor produksi yang diperlukan juga dibeli
dari pasar. Proses produksi tidak hanya terbatas pada budidaya saja, tetapi
mencakup kegiatan penyimpanan, pengepakan, pengolahan sampai dengan distribusi
pemasarannya. Kegiatan pertanian ini sudah dapat disebut bisnis pertanian,
tetapi belum tentu termasuk dalam kategori agribisnis.
Lalu, bisnis
pertanian bagaimana yang disebut sebagai agribisnis ? Bisnis pertanian dapat
disebut agribisnis, apabila kegiatan
usaha tersebut telah dipersepsikan sebagai bagian dari suatu system bisnis yang
luas.
2.2. Konsep dan Sistem Agribisnis
Agribisnis telah
menjadi istilah yang popular dan menarik bagi sebagian besar masyarakat saat
ini. Agribisnis sebagai suatu ilmu lahir di Amerika Serikat pada tahun 1958,
dan di Indonesia ramai dibicarakan pada berbagai forum seminar, lokakarya pada
tahun 1980 an, sebagai wacana dalam membangun perspektif dan wawasan masyarakat
menuju industrialisasi pertanian atau pertanian industrial.
Secara umum
agribisnis dapat dipandang dari dua sudut, yaitu dari sudut pandang makro,
agribisnis sebagai suatu sistem dan secara mikro agribisnis adalah suatu bidang usaha (perusahaan/company).
2.2.1. Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
Sinaga (1997), istilah “Agribusiness” untuk pertama kali
dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1955, ketika John H. Davis
dari Havard Bussines School menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang
disampaikan pada “Boston Conference on Distribution”. Selanjutnya dikatakan
menurut John H. Davis, kegiatan (business) yang dapat dimasukkan ke dalam „agribusiness‟
adalah pertanian, manajemen, pembiayaan, pemasaran, industri pembibitan,
industri pupuk, bahan – bahan kimia, mesin pengolahan, kontainer, dan peralatan
lainnya serta transportasi
Konsep agribisnis
sebagai suatu sistem dilahirkan di Universitas Harvard pada tahun 1957, pada
saat terbitnya sebuah buku "A Conception of Agribusiness" tulisan
bersama J.H. Davis dan R. A. Goldberg, yang selanjutnya dirilis oleh Drillon (1974), yakni:
Agribusiness
is the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution
of farm supplies, production activities on the farm, and storage, processing
and distribution of farn, commodities and items made from them.
Definisi tersebut dapat diterjemahkan
“Agribisnis adalah penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut
manufactur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang
dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk
pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian”.
Mencermati definisi
agribisnis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sektor agribisnis mempunyai
lingkup yang jauh lebih luas dari sekedar pengertian pertanian primer. Paling
sedikit agribisnis mencakup 4 sub-sistem, yaitu :
1.
Subsistem agro-input atau subsistem agribisnis hulu
(up-stream agribusiness); yaitu kegiatan
ekonomi atau kegiatan usaha yang menghasilkan
dan memperdagangkan sarana produksi usahatani (seperti industri pupuk,
obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin pertanian dan lain-lain).
2.
Subsistem agro-produk atau subsistem usahatani
(on-farm agribusiness) yakni kegiatan usaha yang menghasilkan produk pertanian
primer.
3.
Subsistem agroindustri atau subsistem agribisnis hilir
(down stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil
pertanian primer menjadi produk olahan (siap dimasak, siap disaji, atau siap
dikonsumsi = ready to cook, ready to used, or ready to eat).
4.
Subsistem agro-niaga atau subsistem pemasaran hasil
produk Agribisnis yakni kegiatan penyaluran hasil produk pertanian primer
maupun olahan dari produsen sampai ke konsumen akhir, baik melalui kegiatan
perdagangan di pasar domestik maupun pasar internasional..
5.
Subsistem jasa pelayanan pendukung (agro support) seperti lembaga keuangan dan pembiayaan,
penelitian dan pengembangan, transfortasi, penyuluhan dan layanan informasi
agribisnis, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis, dan sebagainya.
Jadi, agribisnis
merupakan suatu konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari empat subsistem, yaitu : (1) Sub-sistem agribisnis
hulu (up-stream agribusiness), yakni
industri-industri yang menghasilkan barang – barang modal bagi pertanian,
seperti industri perbenihan/pembibitan tanaman dan ternak industri agrokimia
(pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak), industri alat dan mesin pertanian
(agro-otomotif); (2) Sub-sistem budidaya pertanian (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan
komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura,
usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha Pertanian,
usaha perikanan, dan usaha kehutanan); (3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu
industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan
seperti industri makanan./minuman, industri pakan, industri barang – barang
serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan pemasaran ; serta (4) Sub-sistem penyedia jasa
agribisnis (services for agribusiness)
seperti perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan
kebijakan ekonomi.
Agribisnis adalah
suatu sistem, sehingga kinerja masing-masing kegiatan dalam sistem agribisnis,
akan sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan subsistem lain. Dengan
demikian, penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan
terhadap aspek-aspek yang berada dalam subsistem “on farm” saja, tetapi juga
harus melalui penanganan aspek-aspek “of farm” secara integratif. Sehingga
dalam kaitannya dengan struktur perekonomian Nasional perlu dilihat peran
intersektoral dalam sistem agribisnis untuk mendapatkan gambaran mengenai peran
sektor pertanian. Dengan demikian dalam pendekatan agribisnis terjadi
reorientasi dari penanganan sektoral menjadi intersektoral, dan dari orientasi
produksi menjadi orientasi bisnis.
Berdasarkan
pandangan tersebut, agribisnis menjadi suatu konsep yang menempatkan kegiatan
pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif, sekali gus sebagai
suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan dan
kendala yang dihadapi pembangunan pertanian sekaligus juga untuk dapat menilai
keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap pembangunan
nasional secara lebih tepat.
Kegiatan pertanian
yang dipandang sebagai suatu kegiatan agribisnis dinilai merupakan cara yang
tepat dalam menghadapi berbagai perkembangan yang terjadi saat ini dan di masa
yang akan datang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Jadi,
agribisnis merupakan cara memandang pertanian (agribusiness as a way to look
agriculture).
Saragih (1998)
mengembangkan pendekatan ekonomi makro dan ekonomi pembangunan untuk melihat
agribisnis. Dalam sudut pandang ini, agribisnis merupakan suatu “mega Sektor”
karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal (sektor pertanian, perdagangan, industri,
jasa, keuangan, dan sebagainya) maupun secara horizontal (tanaman pangan,
hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan). Berdasarkan
penadangan ini pula, bahwa sistem agribisnis menjadi kegiatan ekonomi yang
memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia, baik
dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan nasional dan pendapatan daerah,
kesempatan kerja secara nasional dan di masing-masing daerah, ekspor non migas,
dan penciptaan nilai tambah. Karena itu, agribisnis harus didudukkan pada pada
kedudukan strategis dalam strategi pembangunan ekonomi nasional dan daerah.
Pemikiran tersebut serupa dengan pemikiran
Cramer and Jensen (1994) , yang mendefinisikan agribisnis sebagai berikut:
Agribusiness
is complex of activities including farming industry, marketting industry,
manufacturing and distributing industry for food and fiber to the consumer
Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian yang meliputi
seluruh kegiatan usaha dan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
pertanian dan keseluruhannya disebut sistem “Agribisnis” (Sinaga, 1997 ;
Ricketts and Ricketts, 2009 ; Downey and Erickson, 1987 disitasi oleh Widiati
dan Kusumastuti. 2013)
Menurut Soehardjo
(1997) dalam Intan dan Said (2001) mengungkapkan persyaratan-persyaratan untuk
memiliki wawasan agribisnis sebagai berikut:
a.
Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem yang
terdiri dari beberapa subsistem. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila
tidak ada gangguan pada salah satu subsistem. Pengembangan agribisnis harus mengembangkan
semua subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting
dari subsistem lanilla. Sistem agribisnis digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1
Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)
b.
Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai
keterkaitan ke belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada
subsistem pengolahan (SS-III dalam gambar 1) menunjukkan bahwa SS-III akan
berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang
dihasilkan oleh SS-II. Tanda panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan
bahwa subsistem pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jira menemukan
pasar untuk produksinya.
c.Agribisnis
memerlukan lembaga penunjang, seperti lembaga pertanahan, pembiayaan/keuangan,
pendidikan, penelitian, dan perhubungan. Lembaga pendidikan dan pelatihan
mempersiapkan para pelaku agribisnis yang profesional sedangkan lembaga
penelitian memberikan sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga-lembaga
penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian
semakin erat terkait dengan sektor
lainnya.
d.
Agribisnis melibatkan pelaku dari berbagai pihak
(BUMN, SWASTA, KOPERASI) dengan profesi sebagai penghasil produk primer,
pengolah, pedagang, distributor, importir, eksportir dan lain-lain. Kualitas
sumberdaya manusia di atas sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem
dalam sistem agribisnis dan dalam memelihara kelancaran arus komoditas dari
produsen ke konsumen.
2.2.2. Agribisnis Sebagai Bidang Usaha
Agribisnis juga
mengedepankan aspek bisnis dan pelaku bisnisnya. Dipandang dari sudut ini,
agribisnis dapat diartikan sebagai kegiatan yang terkait dengan pertanian
(dalam arti luas sebagai sistem agribisnis) yang pengelolaan organisasinya
dilakukan secara rasional dan dirancang untuk mendapatkan nilai tambah
komersial yang maksimal dengan menghasilkan barang dan jasa yang diminta pasar.
Rincian bisnis di
dalam sistem agribisnis (agribusiness complex) dikemukakan oleh Cramer and
Jensen (1994) sebagai berikut :
Agribusiness
includes (1) agricultural production of animal, animal products, forest, and
forest product; (2) provision of services associated with agricultural
production and the manufacturing and distribution of supplies used in
agricultural production; (3) the design installation, repair, operation and
servicing machinery, equipment and energy sources and the construction of
infrastructures used for agricultural purposes; (4) any activities to the
inspection processing and marketing of agricultural product and by products;
(5) the conversation propagation and utilization of renewable natural resource;
and (6) the multiple of forest ends and resource.
Atau seperti yang
diutarakan oleh Austin (1992)
The
component of agribusiness are farming activities, food processing,
manufacturing inputs, transfort, trade retailing, eating establisment, and
other activities involved in transferring food and fiber to consumers.
Dalam pengertian
tersebut, agribisnis akan mencakup jutaan unit bisnis dan pelaku bisnis yang
terdapat pada masing-masing sub-sistem dan masing-masing ‘sel’ dalam sub-sistem
tersebut baik dalam satu sistem (umumnya dalam bentuk satu sistem produk,
misalnya agribisnis ayam, agribisnis cabe, dan seterusnya) maupun antar
sub-sistem. Hal ini kemudian menegaskan bahwa agribisnis akan mencakup pelaku
usaha dari berbagai skala (mulai dari petani gurem dan pedagang kecil,
perkebunan besar, hingga konglomerat pangan), berada tersebar di seluruh
daerah, dan menerapkan tingkat teknologi yang beragam (dari teknolosi subsisten
hingga aplikasi teknologi rekayasa genetik tercanggih).
Austin (1992) lebih
lanjut mendefinisikan agroindustri sebagai berikut :
Agroindustry
is an enterprise that processes materials of plant or animal origin. Processing
involved transformation and preservation through physical or chemical
alternation, storage, packaging and distribution.
Berdasarkan
perspektif di atas agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis atau
agribusiness complex, sehingga kurang tepat kalau agribisnis dan agroindustri
dinyatakan secara terpisah sebagaimana yang dilakukan selama ini.
Agroindustri
mencakup beberapa kegiatan, antara lain : (1) industri pengolahan hasil
produksi pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produksi akhir seperti
industri minyak sawit, industri pengalengan ikan, industri kayu lapis dan
sebagainya, (2) industri penanganan hasil pertanian segar, seperti industri
pembekuan ikan, industri penanganan bunga segar, dan sebagainya, (3) industri
pengadaan sarana produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida, dan bibit, (4)
industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri lain, seperti induistri
sektor pertanian, industri mesin perontok, industri mesin pengolah minyak
sawit, industri mesin pengolah karet dan sebagainya.
2.3. Peran Agribisnis dalam Perekonomian
Indonesia mempunyai
potensi yang sangat besar dalam pengembangan agribisnis bahkan dimungkinkan
akan menjadi leading sector dalam pembangunan nasional. Potensi agribisnis
tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.
Dalam Pembentukan Produk Domestik Bruto , sektor
agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added) terbesar dalam perekonomian nasional, diperkirakan
sebesar 45 persen total nilai tambah.
2.
Sektor agrbisnis merupakan sektor yang menyerap tenaga
kerja terbesar diperkirakan sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja
nasional.
3.
Sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan
pangan masyarakat. Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras
telah berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat
kaitannya dengan ketahanan sosial (socio
security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau
ketahanan nasional (national security).
4.
Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource based industry. Tidak ada
satupun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya dan beraneka sumberdaya
pertanian secara alami (endowment factor).
Kenyataan telah menunjukkan bahwa di pasar internasional hanya industri yang
berbasiskan sumberdaya yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai
konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan demikian pengembangan
agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.
5.
Kegiatan agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan
kebelakang yang sangat besar (backward
dan forward linkages) yang sangat besar. Kegiatan agribisnis (dengan
besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang) jika dampaknya dihitung
berdasarkan impact multilier secara langsung dan tidak langsung terhadap
perekonomian diramalkan akan sangat besar.
6.
Dalam era globalisasi perubahan selera konsumen
terhadap barang-barang konsumsi pangan diramalkan akan berubah menjadi cepat
saji dan pasar untuk produksi hasil pertanian diramalkan pula terjadi
pergeseran dari pasar tradisional menjadi model Kentucky. Dengan demikian
agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis yang paling attraktif.
7.
Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang
tinggi, sehingga makin tinggi pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi
produk agroindustri.
8.
Kegiatan agribisnis umumnya menggunakan input yang
bersifat renewable, sehingga pengembangannya melalui agroindustri tidak hanya
memberikan nilai tambah namun juga dapat menghindari pengurasan sumberdaya
sehingga lebih menjamin sustainability.
9.
Teknologi agribisnis sangat fleksibel yang dapat
dikembangkan dalam padat modal ataupun padat tenaga kerja, dari manejemen
sederhana sampai canggih, dari skala kecil sampai besar. Sehingga Indonesia
yang penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam pengembangannya
dimungkinkan oleh berbagai segmen usaha agribisnis.
10.
Indonesia punya sumberdaya pertanian yang sangat
besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan
musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi
nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi dan tidak busuk dan makan
tempat, maka peranan agroindustri akan dominan.
Memperhitungkan
peran agribisnis dalam perekonomian baik nasional maupun internasional sangat
membutuhkan ketersediaan data yang lengkap. Namun kesediaan data statistik baik
yang dipublikasikan oleh BPS maupun lembaga-lembaga internasional saat ini,
belum seperti yang diharapkan sehingga sebenarnya agak sulit untuk
mengkuantifikasikan peranan agribisnis dalam perekonomian secara lengkap dan
utuh. Walaupun demikian, dengan
menggunakan metode dan teknik perhitungan tertentu dan dengan informasi dan
data yang ada, dapat diungkapkan berapa besar peranan agribisnis dalam ekonomi
nasional.
Krisnamurti (2001)
mengungkapkan bahwa peran agribisnis dalam perekonomian nasional adalah sebagai
berikut:
1.
Agribisnis mempunyai peran penting dalam pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB).
2.
Agribisnis berperan dalam penyerapan tenaga kerja
3.
Agribisnis berperan dalam penyediaan bahan-bahan
pangan
4.
Agribisnis berperan dalam mewujudkan pemerataan
pembangunan dan hasil pembangunan
5.
Agribisnis berperan dalam pelestarian lingkungan
hidup, budaya dan pariwisita
6.
Agribisnis berperan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi
Tujuan pembangunan
industri di Indonesia pada umumnya, dan agroindustri khususnya antara lain
adalah:
1.
meningkatkan nilai tambah,
2.
menciptakan kesempatan kerja,
3.
meningkatkan perolehan devisa, dan
4.
meningkatkan pertumbuhan industri itu sendiri.
Peran
Agribisnis Pertanian adalah
menyediakan pangan yang sangat diperlukan dalam mendukung mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memberikan multiplier dalam menyediakan lapangan
pekerjaan, yakni dari berbagai sub sistem dalam sistem agribisnis secara
keseluruhan
2.4. Manajemen Agribisnis
Manajemen agribisnis adalah kemampuan mengelola dalam
implementasi bisnis pada semua subsistem agribisnis.
Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis
khususnya agribisnis Pertanian dari manajemen lainnya adalah (Downey dan
Erickson 1987 disitasi oleh Widiati dan Kusumastuti. 2013)
1. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada
sektor agribisnis Pertanian, mulai dari para pensuplai bahan baku pakan, bibit
produsen sampai pada pedagang perantara, pedagang borongan, pemroses, restoran,
pengepak, usaha pergudangan, transportasi, lembaga keuangan, dan aktivitas
lainnya dalam sistem agribisnis.
2.
Cara pembentukan
agribisnis dimulai dari di sekeliling usahatani. Hampir semua agribisnis
terkait erat dengan pengusaha tani baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.
Ukuran agribisnis
yang sangat bervariasi, mulai dari perusahaan raksasa sampai pada organisasi
yang dikelola oleh satu keluarga atau satu orang.
4.
Pada Agribisnis
Pertanian, khususnya produksi pada subsistem budidaya banyak produsen dan
banyak pembeli, sehingga pasar bersaing relatif sempurna mengikuti jumlah
suplai dan permintaannya.
5. Agribisnis Pertanian yang melibatkan industri kecil
sampai besar bersifat musiman.
6. Agribisnis berkaitan dengan gejala alam.
7. Agribisnis Pertanian umumnya menghasilkan produk –
produk yang relatif mudah rusak atau perishable,
Menghadapi kenyataan adanya perbedaan kondisi
agribisnis dengan manajemen lainnya, maka dalam manajemen agribisnis perlu
diperhatikan tiga komponen ekonomi yang akan berpengaruh dalam agribisnis,
yaitu:
1. Kelangkaan sumberdaya
2. Jenis sumberdaya: Sumberdaya alam, sumberdaya manusia,
sumberdaya kapital dan manajemen atau skill.
3. Keinginan
dan kebutuhan manusia akan kebutuhan pokok dasar manusia terutama pangan yang
merupakan produk yang dihasilkan dari agribisnis.
III. RANGKUMAN
1. Tahapan perkembangan pertanian dimulai dari usaha
budidaya yang masih bersifat on-farm dan home consumption , selanjutnya
petani mulai mengenal keunggulan
komparatif sehingga berproduksi untuk pasar dan mengolah hasil–hasil pertanian
– Pertaniannya sebelum di jual, Perkembangan teknologi menyebabkan peningkatan
peran sektor industri baik dalam pengolahan maupun pemasaran sedangkan petani
hanya melakukan kegiatan budidaya (farming) . Tahap selanjutnya terdapat
sistem pembagian kerja yang jelas di dalam kegiatan pengadaan sarana produksi
pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu, kegiatan budidaya (farming)
sebagai kegiatan pertanian-Pertanian dalam arti sempit, dan kegiatan pengolahan
komoditi pertanian sebagai industri hilir dan pemasaran hasil – hasilnya.
2. Sistem “Agribisnis” merupakan spesialisasi fungsional
dalam kegiatan pertanian yang meliputi seluruh kegiatan usaha dan berhubungan
langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya .
3. Agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu : (1)
Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), (2) Sub-sistem
budidaya pertanian (on-farm agribusiness), (3) Sub-sistem agribisnis
hilir (down-stream agribusiness), serta (4) Sub-sistem penyedia jasa
agribisnis (services for agribusiness)
4. Agribisnis mampu memberikan multiplier dalam
menyediakan lapangan pekerjaan sehingga berkontribusi terhadap pendapatan
nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB).
5. Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis
dengan manajemen lainnya adalah : 1)Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat
besar pada sektor agribisnis, 2) Cara pembentukan agribisnis dimulai dari di
sekeliling usahatani. 3) Ukuran agribisnis yang sangat bervariasi, mulai dari
perusahaan perusahaan besar sampai pada organisasi yang dikelola oleh satu
keluarga atau satu orang saja 4) Pada Agribisnis, khususnya pada subsistem
budidaya banyak produsen dan banyak pembeli, sehingga pasar bersaing relatif
sempurna mengikuti jumlah suplai dan permintaannya. 5) Agribisnis melibatkan
industri kecil sampai besar bersifat musiman. 6)Agribisnis berkaitan dengan
gejala alam 7) Agribisnis umumnya menghasilkan produk – produk yang relatif
mudah rusak atau perishable, seperti produk dari sayur, buah, dan
olahannya.
IV. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan tahap-tahap perkembangan agribisnis.
2. Jelaskan konsep dan sistem
agribisnis.
3. Jelaskan peran agribisnis pada perekonomian.
4. Jelaskan perbedaan
manajemen agribisnis dengan manajemen usaha yang lain.
V. TUGAS PRAKTIKUM
1.
Pelajari dan diskusikan materi bahan ajar di atas
bersama kelompok Anda dan buatlah persiapan presentasi hasil diskusi Anda di
depan kelas.
2.
Lakukan identifikasi perusahaan atau usaha agribisnis
kemudian kelompokkan sesuai dengan sub-sistem agribisnis. Telusuri informasi
usaha agribisnis melalui internet.
VI. SUMBER INFORMASI DAN REFERENSI
Anonimous. 2014. Strategi
Induk Pembangunan Pertanian Pertanian
Bioindustri Berkelanjutan Solusi Pembangunan Pertanian Masa Depan. Kementerian
Pertanian.
Downey, D and S. P. Erickson. 1987. Agribusiness
Management. 2nd Edition, McGraw-Hill 297 Book Co. Inc. New York.
Penson, J.B., Oral, C., Parr, R III. 2002.
Introduction to Agriculture Economics. Third Edition. Pearson Education, Inc.,
Upper Saddle River, New Jersey.
Ricketts, C. and K. Ricketts. 2009. Agribusiness:
Fundamentals and Applications Second Edition. Printed in Canada.
Sinaga, R. 1997. Peranan Agribisnis Dalam Perekonomian
di Indonesia. Makalah disampaikan pada Ceramah di Fakultas Geografi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 31 Mei 1997.
Sutoyo. 2015. Modul
Dasar-Dasar Agribisnis. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang..
Syam, A. dan S.K. Dermorejo, 2000. Kontribusi sektor
pertanian dalam pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Broto. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, RI.
Widiati R dan TA Kusumastuti. 2013. Manajemen
Agribisnis : Aplikasi pada Industri
Pertanian.
Cetakan I. Penerbit Citra Gama Sakti. Yogyakarta