BAHAN
AJAR
ANALISIS
PELUANG USAHA AGRIBISNIS
Oleh
Sutoyo
MINGGU
III
PROSPEK
USAHA AGRIBISNIS
I.
PENDAHULUAN
1.1. Deskripsi Singkat
Minggu ke tiga
perkuliahan menjelaskan tentang Prospek Usaha Agribisnis Tanaman Pangan, Tanaman
Hortikultura, Tanaman Perkebunan dan Peternakan.
1.2. Manfaat Pembelajaran
Pemahaman tentang Prospek Usaha Agribisnis
Tanaman Pangan, Tanaman Hortikultura, Tanaman Perkebunan dan Peternakan bermanfaat
bagi mahasiswa untuk mengetahui bahwa agribisnis mempunyai prospek yang sangat baik
dan begitu luas cakupanna.
1.3. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1) menjelaskan prospek usaha agribisnis komoditas
tanaman pangan;
2) menjelaskan prospek
usaha agribisnis komoditas tanaman hortikultura,
3) menjelaskan prospek
usaha agribisnis tanaman perkebunan,
4) menjelaskan prospek
usaha agribisnis peternakan.
5) mengidentifikasi
usaha agribisnis yang memiliki prospek usaha paling cocok di daerah asalnya.
II.
MATERI
Prospek pengembangan
sistem dan usaha agribisnis di Indonesia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
penawaran (potensi sumberdaya) dan sisi permintaan (potensi pasar). Dari sisi
penawaran prospek pengembangan sistem dan usaha agribisnis dapat dijelaskana
sebagai berikut:
1.
Indonesia memiliki sunberdaya dasar bagi pengembangan
agribisnis, yaitu iklim tropis dan iklim sub tropis.
2.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati terkaya di dunia sehingga dijuluki one of the bigest biodiversity countries.
3.
Indonesia memiliki sumberdaya perairan yang cukup luas.
4.
Pada beberapa komoditas, Indonesia diperkirakan menjadi
produsen terbesar di dunia.
5.
Agribisnis mencakup banyak jenis kegiatan yang dapat
dikembangkan di setiap wilayah Indonesia.
6.
Secara historis masyarakat Indonesia telah mengembangkan
agribisnis dalam waktu yang lama.
Kemudian dari sisi permintaan, prospek
pengembangan agribisnis Indonesia terletak pada potensi pasar domestik dan
pasar internasional yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
Indonesia
memiliki jumlah penduduk banyak dan Gross Demand Product (total) yang cukup besar pula.
Banyaknya jumlah penduduk dan Gross Demand
Product (GDP) ini merupakan pasar yang
sangat besar bagi produk-produk agribisnis. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi akan semakin meningkatkan pendapatan per kapita bagi penduduk
Indonesia. Peningkatan pendapatan per kapita yang disertai dengan peningkatan
jumlah penduduk dan perubahan struktur penduduk akan memperbesar konsumsi
produk-produk agribisnis di Indonesia. Hal ini akan mempuka peluang pasar
domestik bagi produk-produk agribisnis yang lebih besar.
2.
Potensi
pasar Internasional produk-produk agribisnis baik pangan maupun non pangan
tetap besar di masa yang akan datang.
Dewasa ini semakin terbuka kecenderungan
pasar Internasional terhadap produk-produk agribisnis Indonesia, yang
disebabkan oleh:
a.
Liberalisasi
perdagangan dunia akan menghapus atau meminimumkan berbagai kebijakan proteksi
perdagangan. Dengan demikian negara-negara pengimpor produk agribisnis misalnya
anggota MEE, Asia Timur, Asia Selatan, Afrika dan Timur Tengah akan menurunkan
tingkat proteksinya. Hal ini akan membuka pasar yang lebih besar bagi
negara-negara yang memiliki kelimpahan (endowment
factor) agribisnis seperti Indonesia.
b.
Makin
beralihnya proses industrialisasi dari banyak negara ke industri yang berbasis
non pertanian, akan menurunkan keunggulan relatif agribisnis terhadap indurstri
lain negara-negara yang bersangkutan, sehingga mereka lebih suka impor produk
agribisnis. Fenomena ini sudah terjadi pada negara-negara Malaysia, Singapura,
Taiwan, Korea, Jepang dan lain-lain. Hal ini akan memperbesar peluang pasar
bagi produk-produk agribisnis Indonesia.
c.
Dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat internasional terhadap pentingnya kelestarian
lingkungan , telah mendorong makin meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang
bersifat mudah terurai secara biologis (biodegradable).
Kecenderungan perubahan ini akan membuka peluang pasar lebih besar bagi
produk-produk agribisnis yang dihasilkan Indonesia.
2.1. Prospek
Usaha Sub-sistem Agroinput
Sandang dan pangan merupakan kebutuhan
sehari-hari setiap orang. Bila kita berjalan-jalan di pasar swalayan, berbagai
macam produk bahan sandang dan pangan berjajar rapi di rak-rak penjualan. Kita
juga melihat pemrosesan daging menjadi daging iris kering dan daging siap
santap pada berbagai restoran. Itu semua bukan hasil suatu keajaiban, tetapi
hasil kerja keras dan efisien oleh banyak orang di dalam suatu sistem yang
mencakup kegiatan usaha faktor input, produksi, pengolahan, dan pemasaran bahan
pangan.
Sistem ini dimulai dari berbagai kegiatan
usaha di sektor barang perlengkapan pertanian yang memasok berbagai macam
masukan produksi dan jasa kepada usahatani, kemudian dilanjutkan kegiatan
pemasaran, pemrosesan dan distribusi barang kebutuhan untuk memuaskan konsumen.
Karena proses produksi hasil pertanian semakin
kompleks dan berspesialisasi, maka sektor pemasok bahan masukan pertanian
menempati dimensi baru yang penting. Berbagai faktor produksi usahatani yang
berupa alat dan mesin pertanian, bibit, pupuk, dan pestisida sudah semakin
dibutuhkan dalam setiap kegiatan usahatani. Pelaku agribisnis on-farm tidak mungkin memenuhi kebutuhan
alsintan dan sarana produksi dari hasil
usahanya sendiri. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan alsintan dan sarana
produksi ini semakin memerlukan tingkat
kualitas dan kuantitas tertentu yang memenuhi standar mutu tinggi.
Sudah banyak disadari oleh para pelaku
agribisnis on-farm (petani), bahwa
mutu sarana produksi terutama benih sangat menentukan keberhasilan
usahataninya. Program peningkatan produksi baik kuantitas maupun kualitasnya
tanpa dapat berlangsung bila tidak ditunjang adanya sarana produksi cukup
memadai. Gencarnya program peningkatan standar mutu produk agar dapat bersaing
di pasar global, membuka peluang yang lebih lebar terhadap usaha sub-sistem agroinput.
Peluang usaha sub-sistem agroinput menjadi
semakin luas lagi dengan adanya isu pelesatarian lingkungan dan kembali ke alam
(back to natural). Hal ini tidak
hanya membuka peluang usaha subsistem agroinput berskala besar, tetapi juga
membuka peluang usaha sub-sistem agroinput berskala kecil (rumahtangga).
Program pengembangan usahatani organik, akan membuka peluang usaha di bidang
pengolahan sampah menjadi kompos, pupuk organik cair, pestisida nabati dan
sebagainya. Kalau peluang ini dapat
ditangkap oleh petani, maka akan membuka lapangan kerja baru di sub-sistem
agroinput dan memperluas area lapangan kerja pertanian, Petani dapat beralih
dari usaha di sub-sistem agroproduk (usahatani) ke sub-sistem agroinput. Ini
akan membuka perluasan bidang usaha di pedesaan, dan akan mempercepat program
penciptaan wilayah agropolitan.
Selama ini, usaha pada kegiatan sub-sistem
agroinput dikuasai oleh industri pupuk melalui Badan Usaha Milik Negara. Pupuk
adalah sarana produksi pertanian yang sangat penting. Namun selama ini hampir
tidak pernah lepas dari permasalahan. Hal ini disebabkan antara lain :
·
Mahalnya
harga pupuk bagi petani. Hal ini disebabkan bahan baku gas yang mahal dan
proses distribusi lanjutan sehingga menyebabkan produksi pupuk bersifat hight cost.
·
Sistem
pengelolaan dan pengembangan produksi pupuk yang masih terpusat satu perusahaan
milik negara, yang menyebabkan agroindustri ini memiliki kinerja yang rendah,
kurang efisien, dan sistem birokrasi yang panjang.
Permasalahan
ini membuka prospek peluang usaha berskala kecil untuk membuka usaha
pengadaan pupuk dengan bahan baku
berbasis lokalitas yang bersifat low cost sehingga bisa dihasilkan
jenis-jenis pupuk dengan harga yang terjangkau.
Selain pupuk, sarana produksi lain juga
banyak dibutuhkan untuk kegiatan produksi usahatani, seperti alat-alat
pertanian, perikanan, dan peternakan, bibit dari berbagai jenis dan mutu, pupuk
kandang dan media tumbuh tanaman lainnya. Dengan informasi ini bisa dimengerti
bahwa peluang usaha di bidang sub-sistem agroinput masih sangat terbuka luas.
2.2. Prospek
Usaha Sub-sistem Agroproduct (Usahatani)
Penghasilan konsumen semakin meningkat
sehingga menuntut pelayanan yang lebih baik dalam pembelian produk bahan
pangan. Kecenderungan ini terus berlanjut, sehingga sektor agribisnis on-farm
menjadi semakin penting, karena tidak saja bertanggung jawab menyediakan
berbagai macam bahan masokan yang tepat, tetapi juga bertanggung jawab terhadap
bauran pelayanan yang tepat untuk produk pada saat produk tersebut bergerak
melalui sistem pengolahan bahan pangan sampai kepada konsumen akhir.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan
konsumen dan industri pengolah hasil pertanian untuk menciptakan keanekaragaman
produk sandang dan pangan, maka membuka peluang usaha sub-sistem agroproduct
untuk mengembangkan usahanya lebih luas dan lebih spesifik.
Dengan banyaknya produk impor yang masuk ke
Indonesia, ini menunjukkan adanya defisit produksi. Defisit produksi bisa
diartikan kurang dalam bidang jumlah atau kurang dalam bidang mutu.
Kedua-duanya memberikan peluang usaha sub-sistem agroiproduk untuk dapat mengembangkan dan mingkatkan
usahanya.
Bagi pelaku agribisnis on-farm, sebaiknya banyaknya produk luar negeri yang masuk di
Indonesia janganlah dianggap sebagai
penghalang dalam usaha meningkatkan usaha, tetapi harus dijadikan tantangan
untuk menuju ke arah yang lebih baik. Karena banyaknya produk impor merupakan
tanda masih banyak kebutuhan konsumen yang belum bisa dipenuhi oleh produsen di
dalam negeri. Ini merupakan tanda masih
banyaknya celah-celah peluang usaha
untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.
Rentang usaha pada susb-sistem agroproduct
adalah sangat luas, dimulai dari skala kecil atau skala hobi, sampai skala
industri dengan teknologi yang cukup canggih. Jenis komoditi yang dapat digarap pun sangat bervariasi, mulai dari
komoditi hortikultura, tanaman pangan, perkebunan, dan kehutanan. Dari
alternatif usaha yang demikian luas, bagi usahawan baru, kegiatan yang relatif
dekat dengan kehidupan dapat dijadikan pilihan yang paling besar peluangnya.
Selain kegiatan usahatani yang berbasis
tanaman, kegiatan pertanian berbasis peternakan dan perikanan pun sangat
menjanjikan. Dengan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pola makan sehat, beberapa kelompok masyarakat
sudah mulai mengalihkan pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat ( daging, dan lain-lain) pada white meat dan termasuk di dalamnya yang
paling utama adalah ikan. Kondisi ini tentunya harus ditangkap sebagai
perluasan peluang usaha dibidang kegiatan agroproduct.
2.3. Prospek
Usaha Sub-sistem Agroindustri
Sektor perekonomian dewasa ini semakin
dipengaruhi oleh sektor pertanian. Walaupun jumlah usahatani sepanjang abad ini
semakin berkurang, kiranya penting untuk mempertahankan atau meningkatkan
produksi, sebab sektor ini mempunyai dampak penting terhadap kelangsungan
ekonomi bangsa.
Jelaslah, bahwa pengusaha tani sendiri saja
tidak akan mampu melakukan tugas berat ini. Mereka membutuhkan kerjasama dari
beribu-ribu perusahaan pada sisi masukan pertanian dan beratus-ratus ribu
perusahaan pada bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
Sektor agribisnis di dalam ruang lingkup
ekonomi masa kini mencakup bermacam-macam usaha komersial, menggunakan
kombinasi heterogen dari tenaga kerja, bahan, modal, dan teknologi. Sistem bahan
pangan dan sandang sangat luas sekali, suatu sistem yang sulit dan
terus-menerus diubah agar sesuai dengan permintaan konsumen dan menyediakan
bahan pangan dan sandang baik untuk pasar domestik maupun pasar dunia.
Kebutuhan sandang dan pangan padi masyarakat
yang semakin banyak dan beranekaragam, membuka peluang usaha agroindustri,
mulai dari usaha skala kecil (rumahtangga) sampai dengan skala perusahaan besar
dengan teknologi canggih.
Sektor agribisnis merupakan lapangan kerja
yang berperan besar dalam penurunan tingkat pengangguran. Yang perlu
dipertanyakan, mengapa negara-negara industri dengan hanya 3 persen angkatan
kerja yang terlibat langsung dalam usahatani (seperti AS) justru menjadi
eksportir utama bahan pangan, sementara negara-negara agraris dengan lebih 50
persen angkatan kerjanya setiap hari bergelut di sawah dan ladang justru sering
dilanda bencana lapar dan menjadi importir utama bahan pangan ?. Faktor apa
yang menjadi penyebabnya ?. Inilah suatu ironi yang harus dihadapi dengan
manajemen agribisnis yang akan merupakan alat bagi kita untuk berpacu bersama
negara lain.
Uraian di atas membuktikan, betapa besarnya
peluang prospek usaha di bidang agribisnis, baik di masa sekarang maupun di
masa yang akan datang. Keberhasilan sistem usaha agribisnis, selain mempunyai
dampak yang baik terhadap pelaku usaha agribisnis itu sendiri, juga berdampak terpenuhinya kebutuhan sandang
dan pangan masyarakat dan pada gilirannya akan meningkatkan perekonomian
bangsa.
2.4. Prospek
Bisnis Komoditas Pangan
2.4.1. Prospek Bisnis Komoditas Padi
Prospek bisnis komoditas
padi dalam negeri cukup cerah
terutama
untuk mengisi pasar domestik,
mengingat produksi padi dalam
negeri sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik.. Peluang pasar
ini akan terus meningkat seiring meningkatnya permintaan beras dalam negeri baik untuk konsumsi
langsung maupun untuk memenuhi industri
olahan. Karena Indonesia juga memiliki keunggulan komparatif
untuk memproduksi padi, maka selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pengembangan padi
juga berpeluang untuk mengisi pasar
ekspor, apalagi kondisi pasar beras dunia selama
ini bersifat tipis, hanya 5-6% dari produksi beras dunia.
Untuk memanfaatkan peluang yang ada,
tantangan yang dihadapi dalam
pengembangan padi ke depan adalah bagaimana padi/beras
produksi dalam negeri bisa bersaing dengan pasar ekspor. Negara utama yang menjadi pesaing Indonesia
dalam memproduksi padi/beras adalah
Thailand dan Vietnam.
Beras merupakan komoditas strategis,
primadona dan utama dalam mendukung pembangunan
sektor ekonomi dan ketahanan pangan
nasional, serta menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian di masa mendatang. Hingga saat ini dan
puluhan tahun yang akan datang, beras
masih tetap menjadi sumber utama gizi dan energi lebih dari 90% penduduk Indonesia.
Selain untuk konsumsi langsung, berbagai
alternatif potensi untuk meningkatkan
nilai tambah beras dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi pasca panen termasuk produk
sampingannya. Demikian halnya dengan
limbah dari tanaman ini yaitu jerami sangat potensi
digunakan terutama sebagai pakan/silase.
2.4.2.
Prospek
Bisnis Komoditas Jagung
Prospek pasar jagung baik di pasar domestik
maupun pasar dunia sangat cerah. Pasar jagung domestik masih
terbuka lebar, mengingat sampai saat ini produksi jagung Indonesia belum mampu secara baik memenuhi kebutuhannya, yaitu
baru sekitar 90%. Meningkatnya permintaan
jagung dunia terutama dari negara-negara Asia
akibat berkembang pesatnya industri peternakan di negara tersebut dan relatif tipisnya pasar jagung dunia (13 %
dari total produksi jagung dunia)
menunjukkan bahwa pasar jagung dunia sangat terbuka lebar bagi para ekspotir baru. Negara
pesaing utama Indonesia dalam
merebut
pasar ekspor adalah Amerika
Serikat dan Argentina.
Sekalipun semua biaya diperhitungkan, ternyata
usahatani
jagung terutama yang menggunakan varietas hibrida
tetap memberikan keuntungan
yang cukup menarik bagi petani (884 ribu– Rp.
2,1 juta per ha pada tingkat B/C berkisar 1,24–1,50.
Hampir seluruh bagian dari tanaman jagung
mempunyai potensi nilai ekonomis. Buah
jagung pipilan, sebagai produk utamanya merupakan
bahan baku utama (50%) industri pakan, selain dapat
dikonsumsi langsung dan sebagai bahan baku industri pangan. Daun, batang, kelobot, tongkolnya dapat
dipakai sebagai pakan ternak dan
pemanfaatan lainnya. Demikian juga dengan bagian lainnya jika dikelola dengan baik berpotensi
mempunyai nilai ekonomi yang cukup
menarik.
2.4.3. Prospek Bisnis Komoditas Kedelai
Prospek pengembangan kedelai di Indonesia
terutama untuk mengisi pasar domestik
masih sangat terbuka luas, mengingat produksi
kedelai dalam negeri masih jauh dibawah jumlah permintaan domestik. Pada tahun 1990, produksi dalam
negeri mampu mengisi pasar dalam negeri
sekitar 83,32%, dan sisanya 26,68% diimpor.
Kemampuan produksi dalam negeri untuk
mengisi pasar dalam negeri semakin
menurun, setelah tahun 2000 lebih dari 50% kebutuhan domestik dipenuhi dari impor. Bahkan pada tahun 2004,
sudah mencapai 65%. Peluang pasar
domestik diperkirakan terus meningkat seiring dengan
meningkatnya permintaan kedelai dan produk turunannya.
Walaupun produktivitasnya masih rendah, pada
tingkat harga yang relatif stabil (Rp
3.000/kg) secara finansial usahatani kedelai cukup
menguntungkan, yaitu Rp 2,05 juta/ha pada tingkat B/C=2,14. Namun demikian, usaha ini belum mampu bersaing
dalam upaya meningkatkan substitusi
kedelai impor. Perbaikan produktivitas merupakan salah
satu cara untuk meningkatkan daya saing komoditas kedelai.
Peluang
pasar kedelai semakin meningkat dengan meningkatnya pemanfaatan kedelai untuk
bahan baku berbagai produk olahan. Industri berbasis kedelai yang telah berkembang adalah tempe, tauco, kecap, tahu dan susu. Namun demikian
produksi kedelai Indonesia baru
mampu memenuhi sekitar 35%, dan sebanyak 65% masih diimpor.
2.5. Prospek
Bisnis Komoditas Hortikultura
2.5.1. Prospek Bisnis Komoditas Jeruk
Jeruk merupakan komoditas buah yang cukup
menguntungkan untuk diusahakan dan
telah terbukti mampu meningkatkan kesejahteraan petani,
menumbuhkembangkan perekonomian regional dan
jika digarap serius agribisnis jeruk berpotensi besar dalam menyumbang secara
nyata pertumbuhan perekonomian nasional.
Potensi nilai ekonomi yang dapat
dimanfaatkan dari tanaman jeruk
relatif banyak. Buah jeruk selain dikonsumsi dalam bentuk buah segar, juga berpotensi diolah
menjadi berbagai macam produk
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Hasil olah buah jeruk yang sudah umum dilakukan adalah dalam
bentuk sari murni, sari buah
siap saji, jam, jelly, dan mamalade.
Prospek
bisnis komoditas jeruk ini sangat baik, mengingat sampai saat ini, Indonesia termasuk negara pengimpor
jeruk terbesar kedua di ASEAN setelah
Malaysia sebesar 94.696 ton; sedangkan ekspornya
hanya sebesar 1.261 ton dengan tujuan ke Malaysia, Brunei Darusalam, dan Timur Tengah. Ekspor
jeruk nasional masih sangat kecil dibanding
dengan negara produsen jeruk lainnya seperti Spanyol,
Afsel, Yunani, Maroko, Belanda, Turki dan Mesir. Sehingga pengembangan jeruk dalam negeri masih sangat
prospektif untuk mengisi pasar domestik.
Pengembangan jeruk untuk meningkatkan penerimaan
devisa juga dapat dilakukan dengan mengisi pasar ekspor yang masih terbuka luas.
2.5.2.
Prospek
Bisnis Komoditas Pisang
Prospek
bisnis komoditas pisang di
Indonesia cukup cerah, baik
untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun pasar dunia. Dengan jumlah penduduk lebih dari 200
juta, dan dengan asumsi pesemis 50% saja yang mengkonsumsi satu buah
pisang segar per hari, maka akan dibutuhkan pisang
segar sebanyak 3,5 juta ton per tahun.
Permintaan pisang di pasar domestik tidak hanya sebatas pisang segar, banyak juga permintaan dalam
bentuk olahan (keripik, sale, puree,
pasta pisang). Pengembangan komoditas ini untuk
mengisi pasar ekspor juga terbuka lebar, terbukti Indonesia termasuk salah satu negara eksportir pisang.
Negara pesaing utama Indonesia dalam
mengekspor pisang adalah Ekuador, Philipina, dan Kolombia.
Usahatani pisang baik pisang segar (kelompok
cavendish) maupun pisang olah (Kepok,
Tanduk, dan Agung Talun) kalau dikelola secara
baik mampu memberikan keuntungan yang menarik, yaitu masing- masing
Rp 34 ,7 juta/ha dan Rp 37,4 juta/ha pada tingkat B/C=
1,45 dan 1,50.
Selain menguntungkan pada tingkat usahatani,
industri yang berbasis pisang juga cukup menjanjikan. Pada umumnya jenis-jenis
industri ini mampu memberikan nilai tambah di atas
100% .
2.5.3.
Prospek
Bisnis Komoditas Bawang merah
Prospek pengembangan bawang merah di
Indonesia cukup cerah jika dikaitkan dengan
potensi pasar yang ada. Selain untuk memenuhi pasar
domestik yang permintaannya terus meningkat sekitar 4,6%/th, peluang untuk meningkatkan ekspor sebenarnya
masih terbuka lebar, terutama untuk mengisi
pasar ekspor bawang merah super. Namun sampai
saat ini ekspor dilakukan secara terbatas mengingat kebutuhan dalam negeri yang begitu besar. Negara
pesaing Indonesia untuk mengisi pasar
ekspor adalah Malaysia, Thailand, Philipina, dan Taiwan.
Usaha industri yang berbahan baku bawang
merah, seperti industri bawang merah goreng tampaknya juga cukup
menguntungkan. Pada kapasitas 600
kg/hari, usaha ini mampu memberikan keuntungaN Rp 5 jt/hari pada tingkat B/C=1,2
Dalam perdagangan bawang merah, status
Indonesia adalah sebagai net importir, artinya secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan
dengan volume impornya. sehingga
program pengembangan bawang merah dalam jangka pendek adalah memperkuat
penyediaan bahan baku bagi industri bawang merah yang sudah berkembang saat
ini. Program pengembangan industri
bawang merah dalam jangka menengah diharapkan
munculnya industri bubuk bawang merah dan industri tepung bawang merah, dan dalam jangka
panjang munculnya industri pasta
dan industri anti trombolik yang berbasis bawang merah.
2.5.4.
Prospek
Bisnis Komoditas Anggrek
Prospek pengembangan bisnis aggrek di Indonesia cukup cerah baik untuk
memenuhi pasar domestik maupun pasar dunia. Konsumen anggrek untuk pasar dalam negeri adalah
penggemar dan pecinta anggrek, pedagang
keliling, pedagang pada kios di tempat-tempat tertentu
dalam kota, perhotelan, perkantoran, gedung-gedung pertemuan, pengusaha pertamanan, toko bunga, florist,
pesta-pesta dan perkawinan. Jenis-jenis
anggrek yang banyak diminta pasar domestik adalah
Vanda Douglas, Dendrobium dan Golden Shower. Permintaan anggrek dalam negeri, selain dipenuhi oleh
produksi dalam negeri juga dari
produk impor untuk jenis-jenis tertentu, seperti Phalaenosis, dan Dendrobium.
Anggrek juga
memiliki peluang untuk memenuhi pasar dunia. Hongkong, Singapura dan Amerika Serikat merupakan
contoh beberapa negara yang cukup gencar meminta anggrek
asal Indonesia karena memiliki keragaman serta ciri khas tersendiri sebagai bunga tropis. Hal ini
menyebabkan peningkatan minat
untuk memelihara tanaman anggrek secara komersial, mengingat kondisi pasar yang cukup cerah.
Dalam pasar dunia, negara-negara pengekspor bunga potong anggrek yang menjadi pesaing
Indonesia adalah Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Mali,
Australia, New Zealand, Belanda, Albania dan Rusia.
2.6. Prospek Bisnis Komoditas Perkebunan
2.6.1.
Prospek
Bisnis Komoditas Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian
nasional, khususnya sebagai penyedia
lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara.
Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan
wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002,
perkebunan kakao telah menyediakan
lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani
yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia
(KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor
perkebunan setelah karet dan
kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta.
Indonesia berpotensi untuk menjadi produsen utama kakao dunia, apabila berbagai permasalahan utama
(mengganasnya serangan hama
PBK. mutu produk yang masih rendah dan masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao)
dapat diatasi dan agribisnis kakao
dikembangkan dan dikelola secara baik. Indonesia masih
memiliki lahan potensial yang cukup besar untuk pengembangan kakao. Disamping itu kebun yang telah di
bangun masih berpeluang untuk
ditingkatkan produktivitasnya karena produktivitas rata-rata saat ini kurang dari 50% potensinya.
Di sisi lain, situasi perkakaoan dunia
beberapa tahun terakhir sering mengalami defisit, sehingga
harga kakao dunia stabil pada tingkat yang tinggi. Kondisi ini merupakan suatu peluang yang baik untuk
segera dimanfaatkan. Upaya peningkatan produksi kakao mempunyai arti yang strategis karena pasar ekspor biji kakao Indonesia
masih sangat terbuka dan pasar
domestik masih belum tergarap.
2.6.2. Prospek Bisnis Komoditas Karet
Agribisnis karet alam di masa datang mempunyai prospek yang semakin cerah, karena adanya kesadaran akan
kelestarian lingkungan dan
sumberdaya alam, kecenderungan penggunaan green tyres, meningkatnya industri polimer pengguna karet
serta semakin langkanya sumber-sumber
minyak bumi dan semakin mahalnya harga minyak bumi
sebagai bahan pembuatan karet sintetis. Pada tahun 2002, jumlah konsumsi karet dunia lebih tinggi
dari produksi. Indonesia akan
mempunyai peluang untuk menjadi produsen terbesar dunia karena negara pesaing utama seperti Thailand
dan Malaysia makin kekurangan lahan dan makin sulit mendapatkan
tenaga kerja yang murah sehingga
keunggulan komparatif dan kompetitif Indonesia akan
makin baik.
Sebagian besar produk karet Indonesia diolah menjadi karet remah (crumb rubber) dengan kodifikasi “Standard
Indonesian Rubber” (SIR) dan lainnya diolah dalam bentuk RSS dan lateks pekat.
Untuk meningkatkan nilai tambah komoditas karet,
program jangka pendek akan difokuskan pada
memperkuat pengembangan industri ban dan peralatan
rumah tangga. Sementara dalam jangka menengah memperkuat dan memperbanyak munculnya industri alat
olah raga dan perlengkapan anak yang
berbasis karet, serta dalam program jangka panjang
memperkuat dan memperbanyak industri perlengkapan teknik yang berbasis karet . Hal
membuka peluang bisnis komoditas karet untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
2.6.3. Prospek Bisnis Komoditas Kelapa sawit
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai
peran penting bagi subsektor perkebunan. Pengembangan kelapa sawit antara lain memberi manfaat
dalam peningkatan pendapatan petani.
Sebagai bahan baku industri pengolahan yang
menciptakan nilai tambah, menyediakan
kesempatan kerja bagi lebih dari 2 juta tenaga kerja di berbagai sub sistem.
Dari sisi upaya pelestarian lingkungan
hidup, tanaman kelapa sawit yang merupakan tanaman tahunan berbentuk pohon (tree crops) dapat
berperan dalam penyerapan efek
gas rumah kaca seperti (CO2) dan mampu menghasilkan O2 atau jasa lingkungan lainnya seperti
konservasi biodiversity atau
eko-wisata. Beraneka ragam produk dan potensi nilai ekonomi dapat dihasilkan dari kelapa sawit. Produk utama yang diperoleh adalah minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan
produk sampingan yang berasal dari
limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari pengembangan minyak sawit diantaranya adalah minyak
goreng, produk-produk oleokimia, seperti
fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin.
Berkembangnya industri oleokimia dasar
merangsang tumbuhnya industri barang konsumen seperti deterjen, sabun dan kosmetika. Sedangkan
jenis produk yang dihasilkan dari
pemanfaatan limbah adalah pupuk organik, kompos dan
kalium, serat yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah, pulp kertas
yang berasal dari batang dan
tandan sawit, perabot dan papan partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang pelepah, serta
pupuk organik dari limbah cair
dari proses produksi minyak sawit.
Pengembangan agribisnis kelapa sawit mempunyai prospek yang cukup cerah, mengingat
permintaan terhadap komoditas ini
dan turunannya baik di pasar domestik maupun pasar dunia terus meningkat seiring dengan meningkat
jumlah penduduk dan adanya perbaikan daya
beli masyarakat. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan minyak sawit dan produk turunannya, maka diperkirakan
kinerja berbagai industri yang
berbasis minyak sawit juga cukup memberikan insentif yang menarik bagi para pelakunya.
2.6.4. Prospek Bisnis Tanaman obat
Indonesia memiliki ketergantungan yang besar terhadap obat dan bahan baku obat konvensional impor yang
nilainya mencapai 160 juta USD per tahun,
sehingga perlu dicarikan substitusinya dengan produk industri di dalam negeri. Sementara
itu, trend masyarakat konsumen dunia yang
menuntut pangan dan produk kesehatan yang aman
dengan slogan “back to nature” dan meninggalkan rokok, juga menunjukkan pertumbuhan pesat, termasuk di
Indonesia.
Berdasarkan klaim khasiat yang
dimilikinya, jumlah serapan oleh industri obat tradisional
(IOT), jumlah petani dan tenaga yang terlibat, prospek pengembangan dan trend investasi ke depan,
lima komoditas tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan
adalah temulawak, kunyit, kencur,
jahe dan purwoceng.
Temulawak, kunyit, kencur dan jahe merupakan kelompok tanaman rimpang-rimpangan
(Zingiberaceae) mempunyai potensi yang
sangat besar untuk digunakan dalam hampir semua produk obat tradisional (jamu) karena paling banyak
diklaim sebagai penyembuh berbagai
penyakit masyarakat moderen (degeneratif, penurunan imunitas, penurunan
vitalitas). Sedangkan purwoceng sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komplemen dan
substitusi ginseng impor sehingga
dapat menghemat devisa negara.
Produk yang dihasilkan dari tanaman temulawak, kunyit, kencur dan
jahe adalah produk setengah jadi (simplisia, pati, minyak, ekstrak), produk
industri (makanan/minuman, kosmetika, farmasi, IKOT
dan IOT), produk jadi (sirup, instan, bedak, tablet dan kapsul). Sedangkan untuk purwoceng, produk setengah
jadi berupa simplisia dan ekstrak, produk
industri dalam bentuk jamu seduh, minuman kesehatan
(IKOT/IOT), pil atau tablet/kapsul (farmasi).
2.6.5. Prospek Bisnis Komoditas Tebu
Prospek bisnis
komoditas tebu masih sangat menjanjikan. Di samping sebagai bahan baku utama industri gula, banyak produk turunan dari tebu yang mempunyai
potensi nilai ekonomi yang bisa
untuk dikembangkan karena mempunyai peluang pasar yang masih terbuka baik di pasar domestik maupun
internasional. Beberapa produk turunan dari tebu adalah ethanol (asam asetat, ethyl asetat), ragi roti, PST (inactive
yeast), Ca-sitrat dan listrik berpeluang besar
untuk mengisi pasar domestik, sementara produk turunan tebu yang memiliki peluang pasar luar negeri
antara lain wafer pucuk tebu,
papan partikel, papan serat, pulp, kertas, asam sitrat, Ca-sitrat, jamur. Produk turunan lainnya yang memiliki
pasar yang besar adalah asam
sitrat. Pasar terbesar adalah industri minuman dan deterjen.
Dengan masih terbuka lebarnya peluang pasar, maka prospek pengembangan tebu di Indonesia masih sangat
baik. Demikian juga prospek pengembangan
industri gula dan industri turunan lainnya yang berbasis
tebu. Dari sisi pasar, permintaan gula dari dalam negeri masih terbuka sekitar 1,4 juta ton per tahun.
Pemerintah dengan berbagai kebijakan
promotif dan protektifnya telah menciptakan iklim investasi yang kondusif untuk pengembangan industri
gula berbasis tebu. Pasar internasional
yang dalam tiga tahun terakhir mengalami defisit sebagai akibat tekanan yang dihadapi oleh produsen
utama gula dunia juga mengindikasikan
investasi pada bidang ini cukup prospektif.
Selain prospektif dari sisi permintaan, usahatani tebu dan beberapa industri turunannya juga cukup menguntungkan
bagi par
pelakunya.
2.6.6. Prospek Bisnis Komoditas Cengkeh
Prospek pengembangan komoditas cengkeh di Indonesia sangat cerah, terutama untuk mengisi pasar dalam
negeri mengingat sampai saat ini status
Indonesia dalam perdagangan cengkeh dunia adalah
sebagai net importer. Selain sebagai bahan baku utama industri rokok,
pengembangan komoditas cengkeh juga sangat prospek
untuk memenuhi industri minyak cengkeh. Ekspor minyak cengkeh Indonesia cukup besar, yaitu lebih
dari 60% dari kebutuhan dunia.
Madagaskar dan Tanzania merupakan dua negara yang cukup potensial menjadi pesaing Indonesia dalam
memproduksi cengkeh. Pengembangan komoditas cengkeh dan beberapa produk
turunnya
juga cukup menguntungkan bagi para
pelakunya.
Sebagian besar produksi cengkeh digunakan oleh industri rokok kretek, dan sebagian kecil untuk industri
minyak cengkeh dan indsutri balsem.
Indonesia masih tercatat sebagai pengimpor cengkeh, sehingga prospek pengembangan industri cengkeh sangat
menjanjikan.
2.6.7. Prospek Bisnis Komoditas Kelapa
Kelapa merupakan bagian dari kehidupan bagi masyarakat Indonesia, karena hampir semua bagian
tanaman ini dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya. Arti penting tanaman ini bagi masyarakat yaitu
tercermin dari luas areal perkebunan
rakyat yang mencapai 98% dari total perkebunan yang ada dan melibatkan lebih dari 3 juta rumah
tangga petani, dan itu pun belum
termasuk tenaga kerja yang terlibat pada kegiatan pengolahan produk turunan dan hasil sampingannya yang
sangat beragam.
Peluang pengembangan agribisnis kelapa dengan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar dan mempunyai
pasar yang cukup prospek, terutama untuk
mengisi pasar ekspor. Produk kelapa nasional sebagian
besar (75%) merupakan komoditi ekspor, dan sisanya sekitar 25% untuk memenuhi permintaan pasar
domestik. Selain di pasar domestik,
permintaan pasar ekspor terhadap produk olahan kelapa pada umumnya menunjukkan kecenderungan yang
meningkat.
2.7.
Prospek
Bisnis Komoditas Peternakan
2.7.1.
Prospek
Bisnis Komoditas Ternak Unggas
Unggas memiliki prospek pasar yang sangat baik dan merupakan pendorong utama penyediaan protein hewani
nasional. Salah satu prospek pasar yang
menarik dan perlu dikembangkan adalah industri pakan unggas. Daya saing produk perunggasan
dinilai
merupakan tantangan yang cukup kuat
bagi perkembangan industri perunggasan, terlebih jika dikaitkan dengan pasar global.
Komponen
terbesar untuk memperoleh produk yang berdayasaing terletak
pada aspek pakan, dimana biaya pakan ini
merupakan komponen tertinggi dalam
komposisi
biaya produksi industri
perunggasan. Bukti empiris menunjukkan bahwa lemahnya kinerja penyediaan bahan baku
pakan menjadi salah satu kendala dalam
menghasilkan produk unggas yang
berdayasaing. Apalagi jika hal ini dikaitkan dengan bahan baku utama pakan
unggas yang sebagian besar terdiri dari jagung, dimana impor jagung untuk kebutuhan pakan unggas
terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
akhir tahun 2004 hal tersebut mencapai 1,7 juta
ton. Jika konsumsi pakan unggas mencapai 7,2 juta ton, maka diperlukan jagung sebesar 3,5 juta ton. Diproyeksikan
masing-masing pada tahun 2010 dan tahun 2020,
impor jagung dapat mencapai 4 juta
ton dan 8 juta ton jika produksi jagung nasional tidak tumbuh. Jagung untuk pakan unggas memiliki
prospek pasar yang sangat baik, dimana
dinyatakan bahwa jika industri
unggas tumbuh dengan baik, maka
kebutuhan
akan jagung juga terus
meningkat.
Arah pengembangan agribisnis unggas difokuskan untuk memantapkan dan memperluas industri perunggasan dalam
rangka merespon peningkatan permintaan di dalam
negeri. Mengingat populasi unggas
yang rata-rata meningkat cukup tinggi (sekitar 5-10%)setiap tahunnya maka
pengembangan unggas ke depan harus mulai dipikirkan
di luar Jawa, dengan pertimbangan ketersediaan pasokan bahan pakan masih memungkinkan dan prospek
pemasaran yang baik. Sampai dengan
2010 pengembangan unggas di sektor budidaya diarahkan
untuk penyediaan daging dan telur ayam dan resistensi terhadap penyakit. Di sektor industri hulu,
pengembangan diarahkan pada
optimalisasi pemanfaatan bahan baku lokal, terutama jagung, untuk menjamin kontinuitas suplai yang
dibutuhkan oleh pabrik pakan.
Program ekstensifikasi berupa pembukaan perkebunan jagung dengan sistem PIR dapat dilakukan guna
meningkatkan produksi jagung nasional.
Untuk industri hilir, produksi daging dan telur selain untuk memenuhi permintaan nasional, juga
diarahkan untuk peningkatan nilai
tambah melalui industri pengolahan makanan. Produk olahan seperti
bakso, sosis, corned, tepung telur atau telur asin nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan
protein masyarakat.
2.7.2. Prospek Bisnis Komoditas Ternak Sapi
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, serta merupakan komoditas ekonomi
yang mempunyai nilai sangat strategis. Untuk memenuhi kebutuhan
daging di Indonesia saat ini berasal dari (i) unggas (broiler, petelur jantan, ayam kampung dan
itik), (ii) sapi (sapi potong, sapi
perah dan kerbau), (iii) babi, serta (iv) kambing dan domba (kado).
Dari keempat jenis daging tersebut, hanya konsumsi daging sapi (<2 kg/kapita/tahun) yang
masih belum dapat dipenuhi dari
pasokan dalam negeri, karena laju peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertambahan populasi.
Potensi komoditas sapi yang dapat dikembangkan untuk menunjang usaha
sapi potong adalah bahan mentah utama yangdihasilkan seperti daging, susu dan kulit (Gambar 29).
Pengembangan ini dapat menghasilkan
produk ikutan berupa kompos yang sangat
dibutuhkan untuk menjaga kesuburan lahan. Potensi lainnya adalah produk turunan yang berupa kulit
samak, terutama untuk pengembangan 5-20 tahun
mendatang.
Total impor daging dan sapi potong pernah mencapai setara atau sekitar 600.000-700.000 ekor/tahun
(2002), dan jumlah ini sepenuhnya
akan dipenuhi dari dalam negeri, maka sedikitnya diperlukan tambahan populasi induk sekitar 1 juta ekor,
yang akan berakibat total populasi harus
bertambah 2-2,5 juta ekor. Sementara itu bila
dalam 5-10 tahun mendatang rata-rata konsumsi daging meningkat dan mencapai 3 kg/kapita/tahun, diperlukan
tambahan populasi (induk, sapihan dan
bakalan) sekitar 3-3,5 juta ekor.
Angka-angka tersebut memberi gambaran bahwa prospek industri sapi
di Indonesia cukup menjanjikan. Bila dalam 10 tahun mendatang akan diarahkan untuk melakukan
substitusi impor secara selektif, maka sedikitnya diperlukan ketersediaan
lahan dan/atau pakan untuk mengakomodasi penambahan populasi
sebesar 5-6 juta ekor. Saat ini masih
tersedia kawasan perkebunan yang relatif kosong ternak
seluas > 15 juta ha, lahan sawah dan tegalan yang belum optimal dimanfaatkan
untuk pengembangan ternak > 10 juta ha, serta lahan
lain yang belum dimanfaatkan secara optimal > 5 juta ha di Sumatera, Kalimantan
dan Sulawesi. Setiap ha kawasan perkebunan atau
pertanian sedikitnya mampu menyediakan bahan pakan untuk 1- 2 ekor sapi, sepanjang tahun. Inovasi
teknologi memungkinkan untuk mengolah
hasil samping dan limbah pertanian maupun agroindustri sebagai pakan murah.
Tantangan yang akan dihadapi adalah meningkatkan gairah peternak untuk bersaing karena kecenderungan
peningkatan impor daging dan sapi bakalan
maupun sapi potong bukan semata-mata disebabkan
karena senjang permintaan dan penawaran, tetapi juga karena adanya kemudahan dalam pengadaan
produk impor (volume, kredit, transportasi)
serta harga produk yang memang relatif murah.
Pada industri hulu, biaya terbesar untuk menghasilkan sapi bakalan atau daging adalah pakan, yang dapat
mencapai 70-80%. Ke depan, arah
pengembangan industri hulu ini difokuskan untuk membuat pola integrasi yang berdampak pada
pengurangan biaya pakan usaha cow
calf operation secara signifikan, sehingga produk yang dihasilkan mempunyai daya saing yang sangat tinggi.
Namun untuk usaha penggemukkan diperlukan
dukungan khusus berupa ransum rasional yang
berkualitas namun tetap murah. Dalam hal ini yang terpenting adalah biaya ransum untuk meningkatkan
pertambahan bobot badan masih
ekonomis. Usaha agribisnis hulu lain yang perlu dikembangkan adalah penyediaan calon-calon induk; dan
pejantan unggul, baik untuk keperluan
IB maupun pejantan untuk kawin alam.
Industri hilir yang dapat dikembangkan untuk menunjang usaha sapi potong pada diagram pohon industri
agribisnis sapi potong adalah
pengolahan bahan mentah utama yang akan dihasilkan seperti daging, susu dan kulit. Fasilitas utama dan
pertama yang diperlukan adalah
Rumah Potong Hewan (RPH) dan tempat penyimpanan produk yang memadai.
2.7.3. Kambing dan Domba
Kambing dan domba (Kado) mempunyai peran yang sangat strategis bagi kehidupan masyarakat pedesaan
dan berkembang di hampir seluruh wilayah
Indonesia. Kado mampu berkembang dan bertahan
di semua zona agro-ekologi dan hampir tidak terpisahkandari sistem usahatani.
Pemasaran produk kado sebagian besar untuk memenuhi
kebutuhan warung sate kambing, dan hanya sebagian kecil
dipasarkan untuk keperluan konsumsi rumah tangga. Namun hasil ikutannya berupa kulit sangat penting
bagi industri kulit skala besar
maupun rumah tangga (Gambar 30). Fungsi dan peran terpenting lainnya dari ternak ini adalah untuk
kepentingan dalam sistem usahatani,
serta sosial budaya seperti: qurban dan akikah, seni ketangkasan domba, dan penghasil susu.
Dari populasi 22 juta ekor ternak kado yang tersebar di Indonesia dapat dihasilkan sekitar 10-14 juta ekor
anak per tahun. Produksi ini
dapat mencukupi kebutuhan kado di dalam negeri. Dengan adanya tambahan permintaan untuk keperluan konsumsi
di dalam negeri, kebutuhan hewan qurban
serta untuk keperluan akikah, diperkirakan diperlukan
tambahan ternak siap jual sekitar 5 juta ekor/tahun dalam 10 tahun ke depan. Ditinjau dari aspek
pasar, pengembangan usaha ternak
kado mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan.
Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri saja diperlukan tidak kurang dari 5,6 juta ekor/tahun.
Permintaan dari negara tetangga
seperti Malaysia, Brunei Darussalam dan Arab Saudi, mengakibatkan permintaan tersebut semakin
sulit untuk dipenuhi. Guna mencukupi pasar
Idul Adha saja, setiap tahun Arab Saudi memerlukan 2,5 juta ekor kado dari Indonesia. Sementara
itu, Malaysia dan Brunei Darussalam
memerlukan 200 ribu ekor kado.
Arah pengembangan budidaya ternak
kado dapat dilakukan melalui peningkatan
populasi
dan kualitas ternak karena
dalam 10 tahun mendatang diperkirakan ada tambahan permintaan sampai 5 juta ekor kado setiap tahunnya, baik untuk tujuan konsumsi, qurban, akikah ataupun ekspor. Pengembangan ternak tipe perah atau dwiguna diharapkan dapat menjawab permintaan khususyang cukup
potensil. Usaha untuk mendorong pengembangan ternak untuk tujuan ekspor merupakan salah satu
alternatif yang harus dilakukan, dengan
resiko pasokan kulit di dalam negeri akan berkurang.
Di lain pihak pengembangan usaha di hilir seperti industri penyamakan kulit sangat prospektif. Saat ini kapasitas
terpasang pabrik industri penyamakan
kulit baru terpenuhi 40%.
III. RANGKUMAN
1. Prospek pengembangan
sistem dan usaha agribisnis di Indonesia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
penawaran (potensi sumberdaya) dan sisi permintaan (potensi pasar).
2. Dari sisi penawaran
prospek pengembangan sistem dan usaha agribisnis dapat dijelaskana sebagai
berikut:
a.
Indonesia memiliki sunberdaya dasar bagi pengembangan
agribisnis, yaitu iklim tropis dan iklim sub tropis.
b.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki
keanekaragaman hayati terkaya di dunia sehingga dijuluki one of the bigest biodiversity countries.
c.
Indonesia memiliki sumberdaya perairan yang cukup luas.
d.
Pada beberapa komoditas, Indonesia diperkirakan menjadi
produsen terbesar di dunia.
e.
Agribisnis mencakup banyak jenis kegiatan yang dapat
dikembangkan di setiap wilayah Indonesia.
f.
Secara historis masyarakat Indonesia telah mengembangkan
agribisnis dalam waktu yang lama.
3.
Dari
sisi permintaan, prospek pengembangan agribisnis Indonesia terletak pada
potensi pasar domestik dan pasar internasional yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
a.
Indonesia
memiliki jumlah penduduk banyak dan Gross Demand Product (total) yang cukup besar pula.
b.
Potensi
pasar Internasional produk-produk agribisnis baik pangan maupun non pangan
tetap besar di masa yang akan datang.
c.
Liberalisasi
perdagangan dunia akan menghapus atau meminimumkan berbagai kebijakan proteksi
perdagangan. Hal ini membuka peluang ekspor berbagai komoditas
agribisnis.
d.
Makin
beralihnya proses industrialisasi dari banyak negara ke industri yang berbasis
non pertanian, akan menurunkan keunggulan relatif agribisnis terhadap indurstri
lain negara-negara yang bersangkutan, sehingga mereka lebih suka impor produk
agribisnis.
e.
Dengan
meningkatnya kesadaran masyarakat internasional terhadap pentingnya kelestarian
lingkungan , telah mendorong makin meningkatnya penggunaan bahan-bahan yang
bersifat mudah terurai secara biologis (biodegradable).
Kecenderungan perubahan ini akan membuka peluang pasar lebih besar bagi
produk-produk agribisnis yang dihasilkan Indonesia.
4.
Prospek bisnis subsistem agroinput semakin cerah
dalam rangka memenuhi kebutuhan alsintan dan sarana produksi dalam proses produksi yang semakin kompleks dan terspesialisasi.
5.
Semakin
meningkatnya kebutuhan konsumen dan industri pengolah hasil pertanian untuk
menciptakan keanekaragaman produk sandang dan pangan, maka membuka peluang
usaha sub-sistem agroproduct untuk mengembangkan usahanya lebih luas dan lebih
spesifik.
6.
Kebutuhan
sandang dan pangan padi masyarakat yang semakin banyak dan beranekaragam,
membuka peluang usaha agroindustri, mulai dari usaha skala kecil (rumahtangga)
sampai dengan skala perusahaan besar dengan teknologi canggih.
7.
Bisnis
komoditas pangan utama (padi, jagung dan kedelai); komoditas hortikultura
(buah, sayur, dan tanaman hias); komoditas perkebunan (cacao, karet, kelapa
sawit, cengkeh, tebu, tanaman obat, dan kelapa),dan komoditas ternak (unggas,
sapi dan kambing/ domba) mempunyai prospek yang sangat cerah untuk memenuhi
kebutuhan pasar domestik maupun pasar internasional.
IV. SOAL LATIHAN
1. Jelaskan
bagaimana cara melihat prospek pengembangan sistem dan usaha agribisnis di
Indonesia?
2. Jelaskan
bagaimana prospek pengembangan bisnis subsistem agroinput, subsistem agroproduk
dan subsistem agroindustri di Indonesia?
3. Jelaskan bagaimana
prospek pengembangan bisnis komoditas pangan; komoditas hortikultura; komoditas
perkebunan dan komoditas peternakan.
V. TUGAS PRAKTIKUM
1.
Pelajari dan diskusikan materi bahan ajar di atas
bersama kelompok Anda dan buatlah persiapan presentasi hasil diskusi Anda di
depan kelas.
2.
Kerjakan bersama kelomppok langkah-langkah
sebagai berikut:
a.
Pilihlah salah satu komoditas pangan,
hortikultura, perkebunan atau komoditas peternakan.
b.
Gambarkan berbagai potensi pengembangan produk turunan dan sampingan
dari komoditas yang dipilih dalam sebuah pohon industri.
c.
Pilihlah salah satu bentuk pengembangan produk
turunan dan sampingan tersebut sebagai ide bisnis.
d.
Lakukan analisis SWOT untuk menentukan strategi
yang akan dilakukan dalam melaksanakan ide bisnis yang sudah dipilih.
e.
Laporkan hasil kerja kelompok Anda dan serahkan
kepada dosen pada pertemuan minggu berikutnya atau kirim ke email dosen sebelum
pertemuan minggu berikutnya.
VI. SUMBER INFORMASI DAN REFERENSI
Anonimous.
2007. Prospek dan Arah Kebijakan Pengembangan Komoditas Pertanian Edisi Kedua. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kementerian Pertanian.
Anonimous.
2014. Strategi Induk Pembangunan Pertanian
Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Solusi Pembangunan Pertanian Masa
Depan. Kementerian Pertanian.
Krisnamurti. B,
Fausia. L, 2000. Langkah Sukses Memulai Agribisnis, PT Penebar Swadaya, Jakarta
2000
Kuntoro,
Mangkusubroto, Trisnadi, Listiarini, C. 1987. Analisa Keputusan “Pendekatan
Sistem dalam Manajemen Usaha dan Proyek”, ITB, Ganeca Exact Bandung, Cetakan ke
IV, Maret 1987
Rangkuty,
Freddy. 1997. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Cetakan Kedua,
Penerbit PT. Gramedia Pustaka, Jakarta, 1997.
Sutoyo. 2015.
Modul Dasar-Dasar Agribisnis. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang