Kamis, 31 Agustus 2017

ANALISIS PELUANG USAHA AGRIBISNIS

BAHAN AJAR
ANALISIS PELUANG USAHA AGRIBISNIS
Oleh
Sutoyo

MINGGU I
SISTEM AGRIBISNIS

I.          PENDAHULUAN
1.1.  Deskripsi Singkat
Minggu pertama perkuliahan menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan pertanian menuju terbentuknya agribisnis, pengertian agribisnis dan keterkaitan subsistem dalam kegiatan agribisnis , peran agribisnis dalam perekonomian, dan perbedaan manajemen agribisnis  dengan manajemen yang lain
1.2.  Manfaat Pembelajaran
Pemahaman konsep agribisnis, tahap-tahap perkembangan pertanian menuju terbentuknya agribisnis, keterkaitan subsistem agribisnis,  peran agribisnis dalam perekonomian dan perbedaan manajemen agribisnis dengan manajemen uasaha yang lain bermanfaat bagi mahasiswa untuk mengetahui pentingnya peran agribisnis dalam rangka menunjang industrialisasi yang melibatkan banyak komponen dari hulu sampai ke hilir dan besar atau luasnya  cakupan peluang usaha agribisnis.
1.3.  Capaian Pembelajaran
Mahasiswa diharapkan mampu:
1)    menjelaskan tahap-tahap perkembangan agribisnis;
2)    menjelaskan konsep dan sistem  agribisnis,
3)    menjelaskan peran agribisnis pada perekonomian,
4)    menjelaskan perbedaan manajemen agribisnis dengan manajemen usaha yang lain; dan
5)    mengidentifikasi usaha agribisnis mulai hulu sampai hilir dan membuat rancangan keterkaitan  subsistem pada suatu industri agribisnis.
II.        MATERI
2.1.  Tahap-tahap Perkembangan Pertanian menuju terbentuknya Agribisnis.
Kegiatan pertanian dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup ini, mula-mula manusia melakukan kegiatan berburu hewan dan mencari hasil buah dan tanaman di hutan-hutan. Cara hidup ini biasa disebut nomaden, yaitu hidup berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lain. Daerah yang sudah dirasa tidak menghasilkan buah dan hewan semakin menipis ditinggal dan berpindah ke daerah lain yang keadaan hutannya masih menjanjikan untuk mendapat makan lebih besar. Pada jaman ini, manusia belum melakukan kegiatan pertanian.
Kegiatan pertanian yang paling sederhana atau level paling bawah adalah bercocok tanam atau kalau menyangkut masalah ternak dan ikan, adalah kegiatan memelihara ternak atau ikan, Kegiatan ini telah melibatkan kegiatan pengolahan lahan, memilih dan menanam bibit, memelihara sampai dengan panen. Kegiatan produksi dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. Dalam kegiatan ini belum ada aktivitas menjual. Kalau toh ada, penjualan yang dilakukan hanya karena ada teman atau tetangga yang memerlukan. Kegiatan ini adalah kegiatan pertanian, tapi belum dapat dikatan sebagai agribisnis.
Level berikutnya adalah kegiatan bertani yang pelakunya disebut peasant. Dalam bahasa Indonesia, peasant ini juga diterjemahkan sebagai petani, tetapi dalam kegiatan usahanya masih bersifat subsisten yakni kegiatan usahatani yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan sendiri. Kegiatan penjualan baru dilakukan apabila produk yang dihasilkan berjumlah lebih besar dari pada yang dibutuhkan petani dan keluarganya. Kelebihan produk (marketable surplus) itulah yang dijual di pasar. Dalam proses produksi, semua faktor produksi disediakan sendiri oleh petani dari hasil produksi sebelumnya. Pembelian faktor produksi baru dilakukan jika ada faktor produksi yang tidak dapat dipenuhi dari dalam keluarga petani sendiri. Kegiatan ini juga merupakan kegiatan pertanian. Namun karena tujuan utama kegiatan ini adalah hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau masih bersifat subsisten , maka belum dapat dikatakan sebagai agribisnis.
Level selanjutnya adalah kegiatan berusahatani yang pelakunya disebut farmer. Farmer juga diterjemahkan sebagai petani, tetapi petani yang dalam kegiatan usahanya telah berorientasi pasar. Keuntungan menjadi motivasi utama dalam melakukan kegiatan pertanian. Keputusan untuk melakukan proses produksi didasarkan pada keadaan kebutuhan konsumen dan harga pasar. Faktor produksi yang diperlukan juga dibeli dari pasar. Proses produksi tidak hanya terbatas pada budidaya saja, tetapi mencakup kegiatan penyimpanan, pengepakan, pengolahan sampai dengan distribusi pemasarannya. Kegiatan pertanian ini sudah dapat disebut bisnis pertanian, tetapi belum tentu termasuk dalam kategori agribisnis.
Lalu, bisnis pertanian bagaimana yang disebut sebagai agribisnis ? Bisnis pertanian dapat disebut agribisnis, apabila kegiatan usaha tersebut telah dipersepsikan sebagai bagian dari suatu system bisnis yang luas.
2.2.  Konsep dan Sistem Agribisnis
Agribisnis telah menjadi istilah yang popular dan menarik bagi sebagian besar masyarakat saat ini. Agribisnis sebagai suatu ilmu lahir di Amerika Serikat pada tahun 1958, dan di Indonesia ramai dibicarakan pada berbagai forum seminar, lokakarya pada tahun 1980 an, sebagai wacana dalam membangun perspektif dan wawasan masyarakat menuju industrialisasi pertanian atau pertanian industrial.
Secara umum agribisnis dapat dipandang dari dua sudut, yaitu dari sudut pandang  makro,  agribisnis sebagai suatu sistem dan secara mikro agribisnis adalah  suatu bidang usaha (perusahaan/company).
2.2.1.       Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
Sinaga (1997), istilah “Agribusiness” untuk pertama kali dikenal oleh masyarakat Amerika Serikat pada tahun 1955, ketika John H. Davis dari Havard Bussines School menggunakan istilah tersebut dalam makalahnya yang disampaikan pada “Boston Conference on Distribution”. Selanjutnya dikatakan menurut John H. Davis, kegiatan (business) yang dapat dimasukkan ke dalam „agribusiness‟ adalah pertanian, manajemen, pembiayaan, pemasaran, industri pembibitan, industri pupuk, bahan – bahan kimia, mesin pengolahan, kontainer, dan peralatan lainnya serta transportasi
Konsep agribisnis sebagai suatu sistem dilahirkan di Universitas Harvard pada tahun 1957, pada saat terbitnya sebuah buku "A Conception of Agribusiness" tulisan bersama J.H. Davis dan R. A. Goldberg, yang selanjutnya dirilis oleh  Drillon (1974), yakni:
Agribusiness is the sum total of all operations involved in the manufacture and distribution of farm supplies, production activities on the farm, and storage, processing and distribution of farn, commodities and items made from them.
 Definisi tersebut dapat diterjemahkan “Agribisnis adalah penjumlahan total dari seluruh kegiatan yang menyangkut manufactur dan distribusi dari sarana produksi pertanian, kegiatan yang dilakukan usahatani, serta penyimpanan, pengolahan, dan distribusi dari produk pertanian dan produk-produk lain yang dihasilkan dari produk pertanian”.
Mencermati definisi agribisnis di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sektor agribisnis mempunyai lingkup yang jauh lebih luas dari sekedar pengertian pertanian primer. Paling sedikit agribisnis mencakup 4 sub-sistem, yaitu :
1.    Subsistem agro-input atau subsistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness); yaitu  kegiatan ekonomi atau kegiatan usaha yang menghasilkan   dan memperdagangkan sarana produksi usahatani (seperti industri pupuk, obat-obatan, bibit/benih, alat dan mesin pertanian dan lain-lain).
2.    Subsistem agro-produk atau subsistem usahatani (on-farm agribusiness) yakni kegiatan usaha yang menghasilkan produk pertanian primer.
3.    Subsistem agroindustri atau subsistem agribisnis hilir (down stream agribusiness), yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah hasil pertanian primer menjadi produk olahan (siap dimasak, siap disaji, atau siap dikonsumsi = ready to cook, ready to used, or ready to eat).
4.    Subsistem agro-niaga atau subsistem pemasaran hasil produk Agribisnis yakni kegiatan penyaluran hasil produk pertanian primer maupun olahan dari produsen sampai ke konsumen akhir, baik melalui kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun pasar internasional..
5.    Subsistem jasa pelayanan pendukung (agro support)  seperti lembaga keuangan dan pembiayaan, penelitian dan pengembangan, transfortasi, penyuluhan dan layanan informasi agribisnis, kebijakan pemerintah, asuransi agribisnis, dan sebagainya.
Jadi, agribisnis merupakan suatu konsep dari suatu sistem yang integratif yang terdiri dari empat subsistem, yaitu : (1) Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), yakni industri-industri yang menghasilkan barang – barang modal bagi pertanian, seperti industri perbenihan/pembibitan tanaman dan ternak industri agrokimia (pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak), industri alat dan mesin pertanian (agro-otomotif); (2) Sub-sistem budidaya pertanian (on-farm agribusiness), yaitu kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usahatani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan (biofarmaka), usaha perkebunan, usaha Pertanian, usaha perikanan, dan usaha kehutanan); (3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), yaitu industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti industri makanan./minuman, industri pakan, industri barang – barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan pemasaran ; serta (4) Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness) seperti perkreditan, transportasi dan pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM, dan kebijakan ekonomi.
Agribisnis adalah suatu sistem, sehingga kinerja masing-masing kegiatan dalam sistem agribisnis, akan sangat ditentukan oleh keterkaitannya dengan subsistem lain. Dengan demikian, penanganan pembangunan pertanian tidak dapat lagi hanya dilakukan terhadap aspek-aspek yang berada dalam subsistem “on farm” saja, tetapi juga harus melalui penanganan aspek-aspek “of farm” secara integratif. Sehingga dalam kaitannya dengan struktur perekonomian Nasional perlu dilihat peran intersektoral dalam sistem agribisnis untuk mendapatkan gambaran mengenai peran sektor pertanian. Dengan demikian dalam pendekatan agribisnis terjadi reorientasi dari penanganan sektoral menjadi intersektoral, dan dari orientasi produksi menjadi orientasi bisnis.
Berdasarkan pandangan tersebut, agribisnis menjadi suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif, sekali gus sebagai suatu konsep untuk dapat menelaah dan menjawab berbagai masalah, tantangan dan kendala yang dihadapi pembangunan pertanian sekaligus juga untuk dapat menilai keberhasilan pembangunan pertanian serta pengaruhnya terhadap pembangunan nasional secara lebih tepat.
Kegiatan pertanian yang dipandang sebagai suatu kegiatan agribisnis dinilai merupakan cara yang tepat dalam menghadapi berbagai perkembangan yang terjadi saat ini dan di masa yang akan datang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Jadi, agribisnis merupakan cara memandang pertanian (agribusiness as a way to look agriculture).
Saragih (1998) mengembangkan pendekatan ekonomi makro dan ekonomi pembangunan untuk melihat agribisnis. Dalam sudut pandang ini, agribisnis merupakan suatu “mega Sektor” karena mencakup banyak sektor, baik secara vertikal  (sektor pertanian, perdagangan, industri, jasa, keuangan, dan sebagainya) maupun secara horizontal (tanaman pangan, hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan). Berdasarkan penadangan ini pula, bahwa sistem agribisnis menjadi kegiatan ekonomi yang memberikan sumbangan terbesar dalam perekonomian nasional Indonesia, baik dilihat dari sumbangannya terhadap pendapatan nasional dan pendapatan daerah, kesempatan kerja secara nasional dan di masing-masing daerah, ekspor non migas, dan penciptaan nilai tambah. Karena itu, agribisnis harus didudukkan pada pada kedudukan strategis dalam strategi pembangunan ekonomi nasional dan daerah.
  Pemikiran tersebut serupa dengan pemikiran Cramer and Jensen (1994) , yang mendefinisikan agribisnis sebagai berikut:
Agribusiness is complex of activities including farming industry, marketting industry, manufacturing and distributing industry for food and fiber to the consumer
Spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian yang meliputi seluruh kegiatan usaha dan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya disebut sistem “Agribisnis” (Sinaga, 1997 ; Ricketts and Ricketts, 2009 ; Downey and Erickson, 1987 disitasi oleh Widiati dan Kusumastuti. 2013)
Menurut Soehardjo (1997) dalam Intan dan Said (2001) mengungkapkan persyaratan-persyaratan untuk memiliki wawasan agribisnis sebagai berikut:
a.       Memandang agribisnis sebagai sebuah sistem yang terdiri dari beberapa subsistem. Sistem tersebut akan berfungsi baik apabila tidak ada gangguan pada salah satu subsistem. Pengembangan agribisnis harus mengembangkan semua subsistem di dalamnya karena tidak ada satu subsistem yang lebih penting dari subsistem lanilla. Sistem agribisnis digambarkan sebagai berikut :











Gambar 1
Sistem Agribisnis dan Lembaga Penunjangnya (Soehardjo, 1997)

b.      Setiap subsistem dalam sistem agribisnis mempunyai keterkaitan ke belakang dan ke depan. Tanda panah ke belakang (ke kiri) pada subsistem pengolahan (SS-III dalam gambar 1) menunjukkan bahwa SS-III akan berfungsi dengan baik apabila ditunjang oleh ketersediaan bahan baku yang dihasilkan oleh SS-II. Tanda panah ke depan (ke kanan) pada SS-III menunjukkan bahwa subsistem pengolahan (SS-III) akan berhasil dengan baik jira menemukan pasar untuk produksinya.
c.Agribisnis memerlukan lembaga penunjang, seperti lembaga pertanahan, pembiayaan/keuangan, pendidikan, penelitian, dan perhubungan. Lembaga pendidikan dan pelatihan mempersiapkan para pelaku agribisnis yang profesional sedangkan lembaga penelitian memberikan sumbangan berupa teknologi dan informasi. Lembaga-lembaga penunjang kebanyakan berada di luar sektor pertanian, sehingga sektor pertanian semakin erat terkait  dengan sektor lainnya. 
d.      Agribisnis melibatkan pelaku dari berbagai pihak (BUMN, SWASTA, KOPERASI) dengan profesi sebagai penghasil produk primer, pengolah, pedagang, distributor, importir, eksportir dan lain-lain. Kualitas sumberdaya manusia di atas sangat menentukan berfungsinya subsistem-subsistem dalam sistem agribisnis dan dalam memelihara kelancaran arus komoditas dari produsen ke konsumen.
2.2.2.       Agribisnis Sebagai Bidang Usaha
Agribisnis juga mengedepankan aspek bisnis dan pelaku bisnisnya. Dipandang dari sudut ini, agribisnis dapat diartikan sebagai kegiatan yang terkait dengan pertanian (dalam arti luas sebagai sistem agribisnis) yang pengelolaan organisasinya dilakukan secara rasional dan dirancang untuk mendapatkan nilai tambah komersial yang maksimal dengan menghasilkan barang dan jasa yang diminta pasar.
Rincian bisnis di dalam sistem agribisnis (agribusiness complex) dikemukakan oleh Cramer and Jensen (1994) sebagai berikut :
Agribusiness includes (1) agricultural production of animal, animal products, forest, and forest product; (2) provision of services associated with agricultural production and the manufacturing and distribution of supplies used in agricultural production; (3) the design installation, repair, operation and servicing machinery, equipment and energy sources and the construction of infrastructures used for agricultural purposes; (4) any activities to the inspection processing and marketing of agricultural product and by products; (5) the conversation propagation and utilization of renewable natural resource; and (6) the multiple of forest ends and resource.
Atau seperti yang diutarakan oleh Austin (1992)
The component of agribusiness are farming activities, food processing, manufacturing inputs, transfort, trade retailing, eating establisment, and other activities involved in transferring food and fiber to consumers.
Dalam pengertian tersebut, agribisnis akan mencakup jutaan unit bisnis dan pelaku bisnis yang terdapat pada masing-masing sub-sistem dan masing-masing ‘sel’ dalam sub-sistem tersebut baik dalam satu sistem (umumnya dalam bentuk satu sistem produk, misalnya agribisnis ayam, agribisnis cabe, dan seterusnya) maupun antar sub-sistem. Hal ini kemudian menegaskan bahwa agribisnis akan mencakup pelaku usaha dari berbagai skala (mulai dari petani gurem dan pedagang kecil, perkebunan besar, hingga konglomerat pangan), berada tersebar di seluruh daerah, dan menerapkan tingkat teknologi yang beragam (dari teknolosi subsisten hingga aplikasi teknologi rekayasa genetik tercanggih).
Austin (1992) lebih lanjut mendefinisikan agroindustri sebagai berikut :
Agroindustry is an enterprise that processes materials of plant or animal origin. Processing involved transformation and preservation through physical or chemical alternation, storage, packaging and distribution.
Berdasarkan perspektif di atas agroindustri merupakan bagian dari sistem agribisnis atau agribusiness complex, sehingga kurang tepat kalau agribisnis dan agroindustri dinyatakan secara terpisah sebagaimana yang dilakukan selama ini.
Agroindustri mencakup beberapa kegiatan, antara lain : (1) industri pengolahan hasil produksi pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produksi akhir seperti industri minyak sawit, industri pengalengan ikan, industri kayu lapis dan sebagainya, (2) industri penanganan hasil pertanian segar, seperti industri pembekuan ikan, industri penanganan bunga segar, dan sebagainya, (3) industri pengadaan sarana produksi pertanian, seperti pupuk, pestisida, dan bibit, (4) industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri lain, seperti induistri sektor pertanian, industri mesin perontok, industri mesin pengolah minyak sawit, industri mesin pengolah karet dan sebagainya.
2.3.  Peran Agribisnis dalam Perekonomian
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar dalam pengembangan agribisnis bahkan dimungkinkan akan menjadi leading sector dalam pembangunan nasional. Potensi agribisnis tersebut diuraikan sebagai berikut :
1.       Dalam Pembentukan Produk Domestik Bruto , sektor agribisnis merupakan penyumbang nilai tambah (value added) terbesar dalam perekonomian nasional, diperkirakan sebesar 45 persen total nilai tambah.
2.       Sektor agrbisnis merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar diperkirakan sebesar 74 persen total penyerapan tenaga kerja nasional.
3.       Sektor agribisnis juga berperan dalam penyediaan pangan masyarakat. Keberhasilan dalam pemenuhan kebutuhan pangan pokok beras telah berperan secara strategis dalam penciptaan ketahanan pangan nasional (food security) yang sangat erat kaitannya dengan ketahanan sosial (socio security), stabilitas ekonomi, stabilitas politik, dan keamanan atau ketahanan nasional (national security).
4.       Kegiatan agribisnis umumnya bersifat resource based industry. Tidak ada satupun negara di dunia seperti Indonesia yang kaya dan beraneka sumberdaya pertanian secara alami (endowment factor). Kenyataan telah menunjukkan bahwa di pasar internasional hanya industri yang berbasiskan sumberdaya yang mempunyai keunggulan komparatif dan mempunyai konstribusi terhadap ekspor terbesar, maka dengan demikian pengembangan agribisnis di Indonesia lebih menjamin perdagangan yang lebih kompetitif.
5.       Kegiatan agribisnis mempunyai keterkaitan ke depan dan kebelakang yang sangat besar (backward dan forward linkages) yang sangat besar. Kegiatan agribisnis (dengan besarnya keterkaitan ke depan dan ke belakang) jika dampaknya dihitung berdasarkan impact multilier secara langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian diramalkan akan sangat besar.
6.       Dalam era globalisasi perubahan selera konsumen terhadap barang-barang konsumsi pangan diramalkan akan berubah menjadi cepat saji dan pasar untuk produksi hasil pertanian diramalkan pula terjadi pergeseran dari pasar tradisional menjadi model Kentucky. Dengan demikian agroindustri akan menjadi kegiatan bisnis yang paling attraktif.
7.       Produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi, sehingga makin tinggi pendapatan seseorang makin terbuka pasar bagi produk agroindustri.
8.       Kegiatan agribisnis umumnya menggunakan input yang bersifat renewable, sehingga pengembangannya melalui agroindustri tidak hanya memberikan nilai tambah namun juga dapat menghindari pengurasan sumberdaya sehingga lebih menjamin sustainability.
9.       Teknologi agribisnis sangat fleksibel yang dapat dikembangkan dalam padat modal ataupun padat tenaga kerja, dari manejemen sederhana sampai canggih, dari skala kecil sampai besar. Sehingga Indonesia yang penduduknya sangat banyak dan padat, maka dalam pengembangannya dimungkinkan oleh berbagai segmen usaha agribisnis.
10.   Indonesia punya sumberdaya pertanian yang sangat besar, namun produk pertanian umumnya mudah busuk, banyak makan tempat, dan musiman. Sehingga dalam era globalisasi dimana konsumen umumnya cenderung mengkonsumsi nabati alami setiap saat, dengan kualitas tinggi dan tidak busuk dan makan tempat, maka peranan agroindustri akan dominan.
Memperhitungkan peran agribisnis dalam perekonomian baik nasional maupun internasional sangat membutuhkan ketersediaan data yang lengkap. Namun kesediaan data statistik baik yang dipublikasikan oleh BPS maupun lembaga-lembaga internasional saat ini, belum seperti yang diharapkan sehingga sebenarnya agak sulit untuk mengkuantifikasikan peranan agribisnis dalam perekonomian secara lengkap dan utuh.  Walaupun demikian, dengan menggunakan metode dan teknik perhitungan tertentu dan dengan informasi dan data yang ada, dapat diungkapkan berapa besar peranan agribisnis dalam ekonomi nasional.
Krisnamurti (2001) mengungkapkan bahwa peran agribisnis dalam perekonomian nasional adalah sebagai berikut:
1.    Agribisnis mempunyai peran penting dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
2.    Agribisnis berperan dalam penyerapan  tenaga kerja
3.    Agribisnis berperan dalam penyediaan bahan-bahan pangan
4.    Agribisnis berperan dalam mewujudkan pemerataan pembangunan dan hasil pembangunan
5.    Agribisnis berperan dalam pelestarian lingkungan hidup, budaya dan pariwisita
6.    Agribisnis berperan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi
Tujuan pembangunan industri di Indonesia pada umumnya, dan agroindustri khususnya antara lain adalah:
1.       meningkatkan nilai tambah,
2.       menciptakan kesempatan kerja,
3.       meningkatkan perolehan devisa, dan
4.       meningkatkan pertumbuhan industri itu sendiri.
Peran Agribisnis Pertanian adalah menyediakan pangan yang sangat diperlukan dalam mendukung mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan multiplier dalam menyediakan lapangan pekerjaan, yakni dari berbagai sub sistem dalam sistem agribisnis secara keseluruhan
2.4.  Manajemen Agribisnis
Manajemen agribisnis adalah kemampuan mengelola dalam implementasi bisnis pada semua subsistem agribisnis.
Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis khususnya agribisnis Pertanian dari manajemen lainnya adalah (Downey dan Erickson 1987 disitasi oleh Widiati dan Kusumastuti. 2013)
1.      Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis Pertanian, mulai dari para pensuplai bahan baku pakan, bibit produsen sampai pada pedagang perantara, pedagang borongan, pemroses, restoran, pengepak, usaha pergudangan, transportasi, lembaga keuangan, dan aktivitas lainnya dalam sistem agribisnis.
2.      Cara pembentukan agribisnis dimulai dari di sekeliling usahatani. Hampir semua agribisnis terkait erat dengan pengusaha tani baik secara langsung maupun tidak langsung.
3.      Ukuran agribisnis yang sangat bervariasi, mulai dari perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang dikelola oleh satu keluarga atau satu orang.
4.      Pada Agribisnis Pertanian, khususnya produksi pada subsistem budidaya banyak produsen dan banyak pembeli, sehingga pasar bersaing relatif sempurna mengikuti jumlah suplai dan permintaannya.
5.      Agribisnis Pertanian yang melibatkan industri kecil sampai besar bersifat musiman.
6.      Agribisnis berkaitan dengan gejala alam.
7.      Agribisnis Pertanian umumnya menghasilkan produk – produk yang relatif mudah rusak atau perishable,
Menghadapi kenyataan adanya perbedaan kondisi agribisnis dengan manajemen lainnya, maka dalam manajemen agribisnis perlu diperhatikan tiga komponen ekonomi yang akan berpengaruh dalam agribisnis, yaitu:
1.      Kelangkaan sumberdaya
2.      Jenis sumberdaya: Sumberdaya alam, sumberdaya manusia, sumberdaya kapital dan manajemen atau skill.
3.      Keinginan dan kebutuhan manusia akan kebutuhan pokok dasar manusia terutama pangan yang merupakan produk yang dihasilkan dari agribisnis.
III.      RANGKUMAN
1.      Tahapan perkembangan pertanian dimulai dari usaha budidaya yang masih bersifat on-farm dan home consumption , selanjutnya petani  mulai mengenal keunggulan komparatif sehingga berproduksi untuk pasar dan mengolah hasil–hasil pertanian – Pertaniannya sebelum di jual, Perkembangan teknologi menyebabkan peningkatan peran sektor industri baik dalam pengolahan maupun pemasaran sedangkan petani hanya melakukan kegiatan budidaya (farming) . Tahap selanjutnya terdapat sistem pembagian kerja yang jelas di dalam kegiatan pengadaan sarana produksi pertanian (farm supplies) sebagai industri hulu, kegiatan budidaya (farming) sebagai kegiatan pertanian-Pertanian dalam arti sempit, dan kegiatan pengolahan komoditi pertanian sebagai industri hilir dan pemasaran hasil – hasilnya.
2.      Sistem “Agribisnis” merupakan spesialisasi fungsional dalam kegiatan pertanian yang meliputi seluruh kegiatan usaha dan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pertanian dan keseluruhannya .
3.      Agribisnis mencakup empat subsistem, yaitu : (1) Sub-sistem agribisnis hulu (up-stream agribusiness), (2) Sub-sistem budidaya pertanian (on-farm agribusiness), (3) Sub-sistem agribisnis hilir (down-stream agribusiness), serta (4) Sub-sistem penyedia jasa agribisnis (services for agribusiness)
4.      Agribisnis mampu memberikan multiplier dalam menyediakan lapangan pekerjaan sehingga berkontribusi terhadap pendapatan nasional atau Produk Domestik Bruto (PDB).
5.      Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya adalah : 1)Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis, 2) Cara pembentukan agribisnis dimulai dari di sekeliling usahatani. 3) Ukuran agribisnis yang sangat bervariasi, mulai dari perusahaan perusahaan besar sampai pada organisasi yang dikelola oleh satu keluarga atau satu orang saja 4) Pada Agribisnis, khususnya pada subsistem budidaya banyak produsen dan banyak pembeli, sehingga pasar bersaing relatif sempurna mengikuti jumlah suplai dan permintaannya. 5) Agribisnis melibatkan industri kecil sampai besar bersifat musiman. 6)Agribisnis berkaitan dengan gejala alam 7) Agribisnis umumnya menghasilkan produk – produk yang relatif mudah rusak atau perishable, seperti produk dari sayur, buah, dan olahannya.
IV.     SOAL LATIHAN
1.    Jelaskan tahap-tahap perkembangan agribisnis.
2.    Jelaskan konsep dan sistem  agribisnis.
3.    Jelaskan peran agribisnis pada perekonomian.
4.    Jelaskan perbedaan manajemen agribisnis dengan manajemen usaha yang lain.
V.       TUGAS PRAKTIKUM
1.    Pelajari dan diskusikan materi bahan ajar di atas bersama kelompok Anda dan buatlah persiapan presentasi hasil diskusi Anda di depan kelas.
2.    Lakukan identifikasi perusahaan atau usaha agribisnis kemudian kelompokkan sesuai dengan sub-sistem agribisnis. Telusuri informasi usaha agribisnis melalui internet.


VI.     SUMBER INFORMASI DAN REFERENSI
Anonimous. 2014. Strategi Induk Pembangunan Pertanian  Pertanian Bioindustri Berkelanjutan Solusi Pembangunan Pertanian Masa Depan. Kementerian Pertanian.
Downey, D and S. P. Erickson. 1987. Agribusiness Management. 2nd Edition, McGraw-Hill 297 Book Co. Inc. New York.
Penson, J.B., Oral, C., Parr, R III. 2002. Introduction to Agriculture Economics. Third Edition. Pearson Education, Inc., Upper Saddle River, New Jersey.
Ricketts, C. and K. Ricketts. 2009. Agribusiness: Fundamentals and Applications Second Edition. Printed in Canada.
Sinaga, R. 1997. Peranan Agribisnis Dalam Perekonomian di Indonesia. Makalah disampaikan pada Ceramah di Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 31 Mei 1997.
Sutoyo. 2015. Modul Dasar-Dasar Agribisnis. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang..
Syam, A. dan S.K. Dermorejo, 2000. Kontribusi sektor pertanian dalam pertumbuhan dan Stabilitas Produk Domestik Broto. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, RI.
Widiati R dan TA Kusumastuti. 2013. Manajemen Agribisnis : Aplikasi pada Industri

Pertanian. Cetakan I. Penerbit Citra Gama Sakti. Yogyakarta

Rabu, 30 Agustus 2017

PROSES PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN PROSES PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

PROSES PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERTANIAN

I. (PRA)

Langkah Kerja Penyusunan PRA

No Langkah kerja Penjelasan

1.
Pembentukan Tim PRA








Unsur Tim terdiri :
1. Tokoh Masyarakat
2. Peneliti
3. Penyuluh
4. Perangkat/ Aparat
5. LSM
6. Masyarakat
7. Stake Holders lainnya

Catatan : Team memiliki keahlian yang berbeda
2. Desk Study Data- data sekunder yang terkait dengan desa yang akan dilakukan PRA (desk)
Catatan : output adalah  data, catatan penting, keterangan lain tentang segala aspek desa
 
3. Petepatan strategi pengumpulan data 4 sub tim
 1. 1- 3 orang mengumpulkan data sekunder dan informasi tambahan
2. sub tim pemetaan yang melibatkan bidang keahlian
3. sub tim pengumpul masalah 3- 5 orang yang melibatkan narasumber berdasarkan permasalahan yang ada
4. Sub tim administrasi, yang diengkapi dengan peralatan administrasi

4. Pengumpul data Tim/ peneliti menginap di lokasi untuk mempercepat pemahaman desa

Catatan : data pendukung dari langkah 1- 4 perlu disiapkan data monografi desa



Implementasi langkah dalam kegiatan PRA :


Form 1. Peta Sumber Daya Desa
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota


Gambar 1. Contoh Peta Sumber Daya Desa

Form 2. Tabel Kegiatan Usaha atau Mata Pencaharian
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota

NO JENIS USAHA (PERTANIAN DAN NON PERTANIAN WAKTU / MUSIM KEGIATAN SETIAP JENIS USAHA
1  
2  
3  
4  
5  
dst  


SUMBER PENDAPATAN BULAN JUMLAH RANKING
 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Padi  •• ••• • • • • • • • • • • 15 I
Jagung • ••• • • • • • • • • • • 14 II
Ayam Buras       •• ••     4
Kambing        ••
•• ••
••    8 IV
Sapi       ••
••
••      6 V
Kacang tanah        • •• •••   6 V
Sayur • • • • • • • • • • • • 12 III
Catatan: Nilai didasarkan jumlah uang dihasilkannya per bulan
               Ranking diberikan atas dasar jumlah uang yang dihasilkan per tahun
               Teknik ini merupakan gabungan antara matrik ranking dengan kalender musim
Gambar 2. Contoh Tabel Kegiatan Usaha dan Mata Pencaharian



Form 3. Penelusuran Lokasi ( Transek) Desa
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota



Gambar 3. Contoh Transek Desa



Form 4. Kalender Musim
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota



Gambar 4. Contoh Kalender Musim


Form 5. Bagan Kecenderungan dan Perubahan
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota



Gambar 5.  Contoh Bagan Kecenderungan dan Perubahan








Form 6. Bagan Alokasi Waktu Kegiatan Harian
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota



Gambar 6. Contoh Bagan Alokasi Waktu Harian
Form 7. Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)
Desa  :  
Kecamatan   :
Kabupaten/Kota   :
Provinsi   :
Tim
1.  ________________________ Ketua
2.  ________________________  Anggota
3.  ________________________  Anggota
4.  ________________________  Anggota
5.  ________________________  Anggota
6.  ________________________  Anggota
7.  ________________________  Anggota
8.  ________________________  Anggota
9.  ________________________  Anggota
   10.  ________________________  Anggota



Gambar 7. Contoh Bagan Hubungan Kelembagaan (Diagram Venn)



1.4.2. Identifikasi Data Sekunder
Pengumpulan dan pengolahan data sekunder adalah proses untuk mempelajari keadaan desa atau  wilayah berdasarkan data informasi yang telah ada dalam bentuk dokumen tertulis yang dibuat oleh pihak tertentu (dinas/instansi/LSM, dll). Data sekunder diperlukan sebagai dasar dalam memahami kondisi wilayah dan masyarakatnya.
Sumber data sekunder dapat berasal dari :
a. Petani, peternak atau pelaku utama dan pelaku usaha lainnya
b. Kantor desa
c. Kantor Kecamatan
d. Kantor BPP
e. Badan Pelaksana Penyuluhan
f. Dinas Pertanian
g. Badan Pusat Statistik Kabupaten
h. Kantor lainnya yang terkait.

 Langkah-langkah Pengumpulan data sekunder:
1) Persiapan alat dan bahan yang diperlukan
2) Lakukan pengisian form untuk identifikasi data potensi desa melalui wawancara atau mengambil data terkait sesuai dengan kebutuhan. Adapun form untuk melaksanakan identifikasi potensi adalah :














A. Potensi Internal Strategik
1. Geografi
Tabel 1.  Keadaan lahan
No Nama Desa Luas Lahan (Ha) Letak dari permukaan Laut  (m) Topografi Jenis Tanah pH Tanah Kesuburan Fisik Kesuburan Kimia
       
       
       
       
       

Tabel 2. Keadaan Iklim
Tipe Iklim Kelembaban rata-Rata (%) Suhu rata-rata (oc)
 Bulan Hujan/Tahun Bulan Kering/Tahun
   
   

Tabel 3. Data Curah Hujan Lima Tahun Terakhir
Bulan

 Curah Hujan
 2009 2010 2011 2012 2013 Jumlah Rata- rata
 mm hh Mm hh mm hh mm hh mm Hh mm hh mm hh
Januari            
Februari            
Maret            
April            
Mei            
Juni            
Juli            
Agustus            
September            
Oktober            
November            
Desember            
Jumlah            
Rata- rata            
Keterangan :
mm : millimeter
hh : hari hujan

Tabel 4. Jarak dengan wilayah yang lebih luas
No Nama Kelurahan/Desa Jarak Ke Ibu Kota (km)
  Kecamatan Kabupaten
 
 

2. Keadaan Penduduk

a. Jumlah Penduduk di Lokus PKL

Tabel 5. Data Penduduk Secara Umum
No Nama Desa/ Kelurahan Jumlah penduduk (Jiwa) Pendapatan/
kapita/tahun Skor PPH
  L P Jumlah

   
Tabel 6. Data Penduduk Berdasarkan Usia
No Nama Kelu-rahan/Desa Kelompok Umur (Tahun) Jlm
  0-10  11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 >60
       
       
       
 Jumlah      

Tabel 7. Data Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No Nama Desa/ Kelurahan Jenis Pekerjaan
  Petani Peternak Nelayan PNS/
Polri Wiraswasta Lain-lain
     
     
     
 Jumlah    

Tabel 8. Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan
No Nama Desa/ Kelurahan Tingkat Pendidikan
  TK SD SLTP SLTA D1-D3 S1-S2 Tidak/Blm
Sekolah
       
       
       
       
 Jumlah      


b. Jumlah penduduk di Tingkat Wilayah yang Lebih Luas
Data jumlah penduduk tingkat wilayah yang lebih luas di dapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten.

Tabel 9. Data Jumlah Penduduk
No Uraian Jumlah (jiwa)
1 Kecamatan
2 Kabupaten
3 Propinsi
4 Nasional

3. Keadaan Pelaku Utama/Pelaku usaha
Tabel 10. Jumlah KK, KKT dan Kepemilikan Lahan
No Nama Kelurahan /Desa Jumlah penduduk (Jiwa) Jml KK Jml KKT Status Kepemilikan Lahan
  L P Jml   Pemilik
penggarap Penggarap Buruh
Tani Jml
         
         
         
         
         
 Jumlah        
Keterangan :
L  : Laki-laki
P  : Perempuan
KK  : Kepala Keluarga
KKT : Kepala Keluarga Tani
Jml : Jumlah

Tabel 11.  Luas Alokasi Penggunaan Lahan
No Nama
Kelurahan Luas wilayah
(Ha) Luas Kepemilikan Lahan
   Pekarangan Tegal/
Kebun/
Ladang Padang
rumput Tanah
Tidak diusahakan Perke-
bunan rakyat Tanaman kayu-kayuan Lain-lain
       
       
       
Jumlah      


4. Organisasi Petani (Kelompok Tani dan GAPOKTAN)
Tabel 12. Jumlah Kelompok Tani
No Nama Kelurahan Jumlah Kelompok Tani Jumlah kelompok Tani
   Tani dewasa Tani Wanita Taruna Tani
   Jml Kel Jml Anggota Jml Kel Jml Anggota Jml Kel Jml Anggota
       
       
       

Tabel 13. Nama Kelompok Tani dan Kedudukan

No Nama
Kelurahan Nama
Kelompok Kelas
RUK
RAK
RUB Ketua Jumlah
Anggota Modal
Kelompok Jenis
Usaha
Utama
   P L      
         
         
         
Jumlah        
Keterangan :
P  : Pemula
L  : Lanjutan
RUK  : Rencana Usaha Kelompok
RAK  : Rencana Anggaran Kelompok
RUB  : Rencana Usaha Bersama

Tabel 14. Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN )
No Nama Kelompok Nama Pengurus Jumlah
Anggota Modal
Kelompok Jenis
Usaha
Utama Luasan
  Ketua Wakil
Ketua Sekretaris Bendahara    Ha Ekor Petak
         


5. Data Usaha Petani/Kelompok Tani

Tabel 15. Fasilitas Usaha Petani/Kelompok Tani (Pertanian)
No Nama Desa/ Kelurahan Kepemilikan
  Jumlah Huller Hand Sprayer Motor/Power sprayer Traktor
  Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta
           
           
           
Jumlah          

Tabel 16. Fasilitas Usaha Petani/Kelompok Tani (Peternakan)
No Nama Desa/ Kelurahan
 Kepemilikan
  Mesin Tetas Inseminasi Buatan Alat Pendingin Kandang
  Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta
           
           
           
Jumlah          








Tabel 17. Fasilitas Usaha Petani/Kelompok Tani (Perkebunan)
No Nama Desa/ Kelurahan Kepemilikan
  Jumlah Huller Hand Sprayer Motor/Power sprayer Traktor
  Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta Milik
Petani Milik
Dinas Milik
Swasta
           
           
 Jumlah          

Tabel 18. Produksi Usaha Tani dibidang Pertanian
Nama Komoditas Luas
(Ha) Hasil Panen
(Ton/Ha) Nilai Produksi
(Rp) Biaya Pupuk
(Rp) Biaya Bibit
(Rp) Biaya Obat
(Rp) Biaya Lainnya
(Rp) Pemasaran
Hasil
       
       
       
       
       

Tabel 19. Produksi Usaha Tani dibidang Tanaman Pangan
No Jenis Usahatani (pada lahan) Jumlah Luas Tanam (Ha) Jumlah KK Petani Rata2 Luas perorang (Ha/org) Produksi (Ton) Produkti
vitas (Kw/Ha)

1
2
3
4
5
6
7
dst    
 Jumlah    

Tabel 20. Produksi Usaha Tani dibidang Tanaman Perkebunan
No Jenis Usahatani (pada lahan) Jumlah Luas Tanam (Ha) Jumlah KK Petani Rata2 Luas perorang (Ha/org) Produksi ditingkat Kec.(Ton) Produkti
vitas (Kw/Ha)

1
2
3
4
5
6
7
dst    
 Jumlah    




Tabel 21. Produksi Usaha Tani dibidang Tanaman Hortikultura
No Jenis Usahatani (pada lahan) Jumlah Luas Tanam (Ha) Jumlah KK Petani Rata2 Luas perorang (Ha/org) Produksi ditingkat Kec.(Ton) Produkti
vitas (Kw/Ha)
 Sayur-sayuran    
1
2
3
4
Dst    
Jumlah    

No
Buah-buahan Jumlah Luas Tanam (Pohon) Jumlah KK Petani Rata2 Luas perorang (Phn/org) Produksi ditingkat Kec.(Ton) Produkti
vitas (Kg/phn)
1
2
3
4
Dst    
Jumlah    

Tabel 22. Produksi dan Populasi Ternak
No Nama Kelurahan Jenis Ternak
Ket
  Kerbau
(ekor) Sapi
(ekor) Kambing
(ekor) Domba
(ekor) Ayam
(ekor) Bebek
(ekor) Babi
(ekor) Lain-lain

         
         
         
         
Jumlah        

Tabel 23. Ketersediaan Hijauan Pakan Ternak
Luas tanaman pakan ternak(rumputgajah,dll) Ha
Produksi hijauan makanan ternak Ton/Ha
Dipasok dari luardesa/kelurahan Ton
Disubsididinas Ton

Tabel 24. Pemilik Usaha Pengolahan Hasil Ternak
Jenis Usaha Jumlah Pemilik Usaha
(Orang)
Dendeng
Abon
PenyamakanKulit
MaduLebah
Biogas
TelurAsin
KrupukKulit
Penyemakankulit
Dll

Tabel 25. Ketersediaan Lahan Pemeliharaan Peternakan
Jenis Kepemilikan Lahan Luas (Ha)
1. Milik masyarakat umum
2. Milik perusahaan peternakan(ranch)
3. Milik perorangan
4. Sewapakai
5. Milik pemerintah
6. Milik masyarakatadat

Tabel 26. Pemasaran
No Nama Kelurahan Nama Kelompok Lokasi Pemasaran Produk Jenis Produksi yang dipasarkan
   
   









B.Potensi Eksternal Stratejik (Primer/sekunder)

Tabel 27. Keadaan Penduduk
No Uraian Jumlah (jiwa)
1 Desa
2 Kecamatan
3 Kabupaten
4 Propinsi
5 Nasional

Tabel 28. Keadaan Infra Struktur
No Nama Desa/ Kelurahan Jarak Ke Ibu Kota (km)
  Kecamatan Kabupaten
 
 
 
 
 

Tabel 29. Kelembagaan Ekonomi Pedesaan

No Nama Desa/ Kelurahan Jumlah BUUD/KUD Koperasi Pertanian di Luar KUD BUD Kios
Saprotan Lembaga
Swadaya
Desa(LSD) Lumbung
Padi/desa
  Jumlah KUD Anggota Jumlah Koperta Anggota  
       
       
       
       

Tabel 30. Identifikasi Stake-Holders/Kemitraan
No Nama Desa/ Kelurahan Nama Kelompok Mitra Jenis/Bentuk Kemitraan Tahun Kemitraan
   
   

Tabel 31. Kebijakan Pemerintah Desa
     Visi :

………………………………………………………………………………………
Misi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
   
   
   
   
   



Tabel 32.  Data Pesaing Usaha di Luar Wilayah PKL
No Kelurahan/Desa Komoditas Produksi (Kg) Pemasaran Ket
   
   
   





























PENENTUAN KOMODITAS AGRIBISNIS UNGGULAN

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui komoditas unggulan yang dapat dikembangkan di daerah baik pertanian maupun peternakan. Komoditas unggulan akan diketahui dengan melihat data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan sehingga mempermudah untuk menentukan komoditas agribisnis unggulan.
Data primer dan data sekunder tersebut kemudian dikelompokkan sesuai dengan subsistem agribisnis yang meliputi agro input, agro onfarm, agro niaga, agro industri dan agro support.Salah satu metode untuk menentukan komoditas agribisnis unggulan yaitu dibuat secara matriks untuk melakukan penilaian (skoring 1-10) pada masing-masing subsistem agribisnis yang dijelaskan pada Tabel 33:

Tabel 33. komoditas unggulan spesifik lokalita
No Nama komoditi Kriteria Penilaian (skor: 1-10) Total skor Ranking
  Agro input Agro onfarm Agro Industri Agro niaga Agro Support
       
       
       
       
       

 Hasil analisis komoditas unggulan spesifik lokasi didasarkan atas ranking yang diperoleh. Ranking pertama dan selanjutnya merupakan komoditas unggulan yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan usaha pertanian di wilayah lokus PKL.
 Kegiatan selanjutnya adalah melakukan analisis masalah berdasarkan komoditas unggulan dari masing-masing subsistem agribisnis. Untuk memperjelas analisis tersebut maka dapat diidentifikasi secara matriks seperti pada Tabel 34:






Tabel 34. Analisis Masalah Berdasarkan Komoditas Unggulan
No Subsistem Agribisnis Masalah Pemecahan Masalah
1. Agro input
2. Agro onfarm
3. Agro industri
4. Agro niaga
5. Agro support


























PEMBUATAN PETA USAHA TANI

 Pembuatan peta sebenarnya untuk mempermudah petani memahami data yang meliputi potensi pengembangan agribisnis berbasis komoditas unggulan. Dengan peta akan ada gambaran mengenai daerah atau lokasi yang mampu dikembangkan untuk usaha tani.
1. Copy peta desa yang ada sebagai dasar gambaran lokasi daerah lokus PKL.
2. Lakukan rekap komoditas yang memiliki peluang usaha setiap masing-masing lokasi seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 35. Rekap Komoditas
No Kelurahan/ Desa/ Dusun Komoditas Potensi Permasalahan Keterangan
   
   
   
   
   

3. Masukan komoditas unggulan tersebut dalam peta sesuai dengan lokasi.
4. Gunakan lambang atau tanda untuk mempermudah dalam memahami peta (seperti warna, gambar dll).
















          Gambar. Contoh Peta














KETERANGAN :











II. CARA MENENTUKAN SKALA PRIORITAS MASALAH

2.1 Impact Point

Praktek bersifat kelompok @ 3 orang Perhitungan  impact point teknis :

(1) Hasil rekapitulasi terhadap 50 responden diperoleh data sebagai berikut :
      (Sub kuesioner tentang bibit)
• responden yang memiliki skor max (30)=  10 responden
• responden yang memiliki skor max (20)=  15 responden
• responden yang memiliki skor max (10)=  25 responden
   
       (Sub kuesioner tentang pakan)
• responden yang memiliki skor max (30)=  10 responden
• responden yang memiliki skor max (20)=  10 responden
• responden yang memiliki skor max (10)=  30 responden

        (Sub kuesioner tentang penyakit)
• responden yang memiliki skor max (30)=  5 responden
• responden yang memiliki skor max (20)=  10 responden
• responden yang memiliki skor max (10)=  35 responden
     
        (Sub kuesionermanajemen pemeliharaan )
• responden yang memiliki skor max (30)=  11 responden
• responden yang memiliki skor max (20)=  13 responden
• responden yang memiliki skor max (10)=  36 responden
 
    (Sub kuesioner tentang perkandangan
• responden yang memiliki skor max (30)=  20 responden
• responden yang memiliki skor max (20)=  15 responden
• responden yang memiliki skor max (10)=  15 responden

(2). Pertanyaan :

(1) Hitung impact point masing- masing sub bab
(2) Buat skala prioritas masalah dari hasil impact point
(3) Susunlah rumusan masalah
(4) Rumuskan tujuan programa
(5) Bagaimana mewujudkan metode identifikasi masalah (impact point)  yang dapat memfasilitasi paradigma penyuluhan pertanian bottom- up (partisipatif)



Rumus Impact Point :

(Rata- rata Skor di bawah maksimum/ skor maksimum) x 100 % = .......... %

Catatan : Skor tertinggi merupakan prioritas masalah

Jawab Sub Kuesioner tentang bibit :

Rata- Rata skor di bawah maksimum= (20x 15) + (10x 25)     =  550/ 40 =13,75

                                                                        15 + 25

Skor Impact Point   = (13,75/ 30)  x 100 %  = 45, 83 %  


2.2  Analisis SWOT


ANALISIS SWOT

1. Judul Kegiatan Analisis SWOT
2. Waktu  1 minggu
3. Metode   Desk study
4. TIK Mahasiswa dapat melakukan SWOT terhadap program-program pembangunan pertanian lokus PKL
5. Alat dan Bahan  karton manila, spidol dan alat tulis menulis.
6. Output Strategi Pembangunan Pertanian Desa

Analisis SWOT  adalah analisis kondisi internal maupun ekaternal dilingkungan agribisnis pertanian/peternakan yang selajutnya akan digunakan untuk merancang strategi. Analisis lingkungan internal (ALI) meliputi: penilaian terhadap faktor kekuatan (strenghths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan Analisis Lingkungan Eksternal (ALE) terdiri peluang (opportunities) dan ancaman (threats).

Langkah-langkah dalam Analisis SWOT adalah:
1. Lakukan identifikasi ALI dan ALE pada program pembangunan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura untuk jurusan penyuluhan pertanian atau peternakan untuk jurusan penyuluhan peternakan) terpilih dan susun dalam Tabel 1.


Tabel 1. Identifikasi Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan Eksternal (ALE)

Analsis Lingkungan Internal Analisis Lingkungan Eksternal
Kekuatan (Strenghths) Peluang (Opportunities)
1. .......................................................
2. .......................................................
3. .......................................................
4. .......................................................
5. dst  1. .......................................................
2. .......................................................
3. .......................................................
4. .......................................................
5. Dst
Kelemahan (Weaknesses) Ancaman (Threats)
1. .......................................................
2. .......................................................
3. .......................................................
4. .......................................................
5. Dst 1. .....................................................
2. .....................................................
3. .....................................................
4. .....................................................
5. dst

2. Lakukan Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Ekesternal (ALE) dan susunlah dalam Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Analisis Lingkungan Internal (ALI)
Lingkungan internal bobot Skor Nilai
(bobot x Skor)) Prioritas
Kekuatan  
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
Total  
Kelemahan  
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
Total  

• Bobot adalah kekuatan dari masing-masing komponen terhadap pencapaian tujuan
• Nilai Total bobot pada unsur kekuatan dan kelemahan  adalah 1.0

Tabel 3. Analisis Lingkungan Eksternal  (ALE)
Lingkungan internal bobot Skor Nilai
(bobot x Skor)) Prioritas
Peluang  
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
Total  
Ancaman  
1.  
2.  
3.  
4.  
5.  
Total  



• Bobot adalah kekuatan dari masing-masing komponen terhadap pencapaian tujuan
• Nilai Total bobot pada unsur peluang dan ancaman masing-masing adalah 50
• Skor dimaksudkan sebagai kekuatan/peluang untuk pencapaian tujuan
• Skor berkisar antara 1-5, makin tinggi pencapaian skor diharapkan pencapaian semakin kuat

3. Tentukan faktor Kunci Keberhasilan pencapaian Tujuan (Visi) berdasarkan Tabel 2 dan 3, selanjutnya susun dalam format Tabel 4.






Tabel 4.  Faktor Kunci Keberhasilan
                   
          IFAS

   EFAS Kekuatan
Strengths (S)
1. ................................
2. ................................
Dst Kelemahan
Weaknesses (W)
1. ............................
2. ............................
3. Dst
Peluang
Opportunities (O)

1. ................................
2. ................................
3. dst  Memaksimalkan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (agresif)
1. ........………………?
2. ..............................?
3. dst  Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang(deversifikatif)
1. ........………?
2. ...................?
3. Dst
Ancaman
Threaths (T)
1. ................................
2. ................................
3. dst  Memaksimalkan kekuatan untuk mengurangi ancaman (Konsolidatif)
1. ........………………?
2. ..............................?
3.  Dst Meminimalkan kelemahan untuk mengurangi ancam-an(defensif)
1. ........………?
2. ...................?
3. Dst

Lakukan FGD bersama dengan user dan stake-holders dalam penyusunan programa untuk menentukan strategi yang dipilih
4. Tuliskan Strategi berdasarkan penentuan pada Tabel 3, masukkan dalam format Programa Penyuluhan Pertanian Desa
1. .....................................................................................
2. .....................................................................................
3. .....................................................................................
4. .....................................................................................
5. .....................................................................................












2.3 Uji Prioritas Maslah Berdasarkan GMP

No
Jenis Masalah S k o r
Jml Skor
  Gawat Mendesak Penyebarannya


   

Keterangan Skor :
Gawat                       =  Tidak Gawat (1).agak Gawat (2), dan Gawat (3)
Mendesak                 =  Tidak Mendesak (1), Agak Mendesak (2), dan Mendesak (3)
Penyebarannya        =  Penyebarannya Rendah (1), Penyebarannya cukup(2), dan Penyebarannya Tinggi (3)          





















TELAAH PROGRAM PEMBANGUNAN DESA/ KECAMATAN
1.
Judul Kegiatan Penelaahan Program Pembangunan Desa/ Kecamatan
2. Metode   Desk study
3. TIK Mengumpulkan program-program pem-bangunan pertanian yang ada di desa/ kecamatan
4. Alat dan Bahan  alat tulis menulis, program-program pembangunan pertanian desa/Kecamat-an.
5. Output Satu program pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan

Langkah kerja:
1. Identifikasi program pembangunan pertanian yang ada di desa/ kecamatan yang diperoleh dari perangkat dan digabungkan dengan  program tingkat desa/ kecamatan
2. Identifikasi program juga dapat diperoleh dari RDK dan RDKK saat melaksanakan Identifikasi Potensi Wilayah
3. Lakukan telaah terhadap Program Pembangunan Pertanian desa/ kecamatan, berdasarkan sub sektor (tananam pangan dan hortikultura atau peternakan).














PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN DESA/ KECAMATAN
1. Judul Kegiatan Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian Desa/ Kecamatan
2. Waktu  2 minggu
3. Metode   Diskusi
4. TIK  Mahasiswa dapat menyusun Programa Penyuluh-an Desa/ Kecamatan
5. Alat dan Bahan  karton manila, spidol dan alat tulis menulis.
6. Output Programa Penyuluhan Pertanian Desa/ kecamatan

Programa Penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistemetis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan.
Langkah-langkah dalam penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian sebagai berikut:
1. Masukkan hasil analisis SWOT ke dalam format Programa Penyuluhan Pertanian (sesuai dengan Permentan No 25 tahun 2009) yakni:
A. Pendahuluan
B. Keadaan Umum
C. Tujuan
D. Masalah
E. Rencana Kegiatan Penyuluhan
F. Penutup
2. Susunlah programa penyuluhan pertanian desa Lokus PKL pada masing-masing bagian  form sebagai berikut:
I. Susun Pendahuluan
Pendahuluan berisi tentang informasi yang melatar belakangi perlunya penyusunan programa penyuluhan di suatu tingkatan wilayah (desa/kelurahan/ kecamatan). Berpatokan pada pendekatan 5W (What, When, Who, Why ) 1H (How) (tentang potensi desa, visi & misi desa, kebijakan dan program pembangunan pertanian)


II. Susun Keadaan Umum
Keadaan umum menggambarkan tentang potensi desa, erat kaitannya dengan penyuluhan pertanian dan merupakan bagian dari program-program pembangunan pembangunan pertanian di suatu tingkat (desa/kelurahan) yang perlu didukung dengan data informasi yang menunjang, baik kualitatif dan kuantitatif.
Penjabaran Keadaan Umum terdiri dari:
1. Sasaran Makro Pembangunan Pertanian tahun 2014 dan sasaran mikro pembangunan menurut sub sector (sub sector tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan)
2. Investasi
3. Kesempatan Kerja
4. Proyeksi Produksi Komoditas Pertanian (komoditas tanaman pangan/komoditas hortikultura/komoditas peternakan)
5. Keadaan tahun 2013 (Tanaman pangan/hortikultura/peternakan)
6. Keragaan Penyuluhan Pertanian
a. Kelembagaan Petani
b. Kelembagaan Penyuluhan
c. Ketenagaan Penyuluhan Pertanian
d. Peningkatan Kompetensi

III. Tentukan Tujuan (untuk apa programa disusun)
Tujuan adalah suatu pernyataan keadaan yang ingin dicapai. Pernyataan tersebut adalah perilaku tertentu yang harus dapat diwujudkan oleh sasaran setelah akhir kegiatan penyuluhan.  Salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan perumusan tujuan menggunakan kata kerja operasional.






a. Rumuskan tujuan dengan menggunakan prinsip SMART
Specific (Apa yang ingin dicapai jelas, dinyatakan dalam kata kerja     operasional)
Measurable (perubahan perilaku dapat  diukur)
Actionable (dapat dilaksanakan)
Realistic (nyata, sesuai dengan keadaan  lapangan)
Time bond (batas waktu untuk mencapai  tujuan)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan tujuan adalah ABCD:
Audience (khalayak sasaran)
Behavior (Perubahan perilaku yang dikehendaki)
Condition (Kondisi yang akan dicapai/prasyarat yang disyaratkan)
Degree (Derajat kondisi yang akan dicapai).

IV. Rumuskan Masalah
Lakukan inventarisasi masalah yang dihadapi oleh pelaku utama, pelaku usaha dan petugas dalam upaya mengembangkan usaha berbagai komoditas pertanian yang perlu dipecahkan melalui kegiatan penyuluhan pertanian, yaitu:
1. Bidang Tanaman Pangan
2. Bidang Tanaman Hortikultura
3. Bidang Peternakan
4. Penyuluhan Pertanian
Rumusan masalah ditinjau dari berbagai aspek (biofisik, ketenagaan, kelembagaan, on-farm, agribisnis) yang memungkinkan untuk dipecahkan melalui aktivitas penyuluhan pertanian.
Beberapa hal yang menjadi masalah khusus dalam memfasilitasi pelaku utama dan pelaku usaha pertanian adalah sebagai berikut:
a.  Kelembagaan
b. Ketenagaan
c. Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian

Bab ini digambarkan  faktor-faktor yang menyebabkan belum tercapainya tujuan pembangunan pertanian yang diharapkan. Uraian ini dimulai dengan analisis permasalahan yang bersifat non perilaku yang menghambat pencapaian tingkat ptoduktivitas, baik yang berkaitan dengan aspek kebijakan, sarana/prasarana, pembiayaan, maupun pengaturan dan pelayanan.  Selanjutnya analisis non perilaku ini diikuti dengan analisa perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama, pelaku usaha, kelembagaan petani, penyuluh dan petugas dinas/instansi lingkup pertanian, serta seluruh pemangku kepentingan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pembangunan pertanian yang diharapkan.

Hasil penetapan masalah merupakan penyajian data yang dapat menunjukkan  kesenjangan antara keadaan dengan harapan yang diinginkan. Rumusan masalah dapat dibedakan antara rumusan masalah umum dan khusus.
Salah satu contoh rumusan masalah umum adalah :
- Bagaimana meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat  meningkatkan produktivitas tanaman pangan padi
- Bagaimana merubah perilaku petani meningkatkan  produktivitas tanaman pangan yang diusahakan masih rendah
- Bagaimana merubah perilaku petani mengenai operasionalisasi dan pemeliharaan sistem irigasi
- Bagaimana merubah perilaku petani agar dapat mau dan mampu memanfaatkan lahan sempit secara efektif dan berkelanjutan
Rumusan masalah khusus adalah masalah secara khusus atau spesifik yang muncul di daerah tersebut, sehingga tidak dapat memberikan hasil secara maksimal. Masalah khusus ini berorientasi pada salah satu komoditas andalan yang masih bisa ditingkatkan produktivitasnya. Salah satu contoh rumusan masalah khusus adalah :
(1) Bagaimana mempersiapkan perilaku petani di WKBPP Argomulyo yang dapat  meningkatkan produktivitas tanaman padi mencapai 8 ton/ Ha  
(2) Bagaimana caranya petani dapat membuat pupuk dan pestisida organik yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani
(3) dll
Penetapan masalah ini digambarkan  faktor- faktor yang menyebabkan belum tercapainya tujuan pembangunan pertanian yang diharapkan.  Uraian ini dimulai dengan analisa permasalahan yang bersifat non perilaku yang menghambat pencapaian tingkat ptoduktivitas, baik yang berkaitan dengan aspek kebijakan, sarana/ prasarana, pembiayaan, maupun pengaturan dan pelayanan.  Selanjutnya analisa non perilaku ini diikuti dengan analisa perilaku yang berkaitan dengan pengetahuan, keterampilan  dan  sikap dalam perilaku pelaku utama, pelaku usaha, kelembagaan petani, penyuluh dan petugas dinas/ instansi lingkup pertanian, serta seluruh pemangku kepentingan yang menjadi kendala dalam pencapaian tujuan pembangunan pertanian yang diharapkan.


V. Susun Rencana Kegiatan Penyuluhan
Bab ini menggambarkan berbagai kegiatan/metode penyuluhan yang tepat untuk mentransformasi terjadinya perubahan pengetahuan, wawasan, keterampilan, sikap dan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.  Secara lengkap rencana kegiatan penyuluhan ini dituangkan dalam bentuk matriks programa penyuluhan yang mengisi mengenai keadaan, tujuan, masalah, sasaran (target beneficiers), materi, kegiatan/metoda, volume, lokasi, waktu, sumber biaya, penanggung jawab  dan pelaksana seperti tercantum dalam  Lampiran 1.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat non perilaku , misalnya kegiatan-kegiatan untuk membantu/mengikhtiarkan kemudahan bagi pelaku utama, pelaku usaha, kelembangaan petani, yang berkaitan dengan aspek kebijakan, sarana/prasarana, pembiayaan, pengaturan dan pelayanan, dituangkan dalam bentuk matriks Rencana Kegiatan untuk (Lampiran 2).  Kegiatan-kegiatan tersebut selanjutnya diusulkan dalam Forum Musyawarah perencanaan pembangunan tahun yang berjalan disetiap tingkatan wilayah untuk mendapat dukungan dari dinas/instansi lingkup pertanian dan dinas/instansi terkait.
Kegiatan-kegiatan yang bersifat non perilaku, misalnya kegiatan-kegiatan untuk membantu/mengikhtiarkan kemudahan bagi pelaku utama, pelaku usaha, kelembangaan petani, yang berkaitan dengan aspek kebijakan, sarana/ prasarana, pembiayaan, pengaturan dan pelayanan, dituangkan dalam bentuk matriks (terlampir).  Kegiatan- kegiatan tersebut selanjutnya diusulkan dalam Forum Musyawarah perencanaan pembangunan tahun yang berjalan disetiap tingkatan wilayah untuk mendapat dukungan dari dinas/ instansi lingkup pertanian dan dinas/instansi terkait.
Rencana kegiatan penyuluhan pertanian merupakan unsur dan tahapan
 terakhir dalam penyusunan programa penyuluhan pertanian yaitu
merupakan rencana kegiatan untuk mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Rencana kegiatan harus dipikirkan secara komprehensip dengan mempertimbangkan secara masak berdasarkan kemampuan sumberdaya yang dimiliki. Pertimbangan tersebut dimaksudkan untuk memperlancar pelaksanaan programa penyuluhan pertania, sehingga dapat meningkatkan evektivitas hasil penyuluhan pertanian. Hal penting yang harus diperhatikan dalam Rencana kegiatan penyuluhan pertanian adalah (SIADIBIBA)
(1) Oleh siapa dilakukan ?
(2) Apa yang harus dilakukan ?
(3) Dimana dilakukan ?
(4) Kapan dilakukan ?
(5) Bagaimana melakukannya ?

Rencana kegiatan penyuluhan adalah suatu strategi yang berisi tentang (siadibiba)  yang terakumulasi secara lengkap rencana kegiatan penyuluhan ini dituangkan dalam bentuk matriks programa penyuluhan yang mengisi mengenai keadaan, tujuan, masalah, sasaran (target beneficiers), materi, kegiatan/metoda, volume, lokasi, waktu, sumber biaya, pelaksana dan penanggung jawab.
(1) Masalah
(2) Tujuan
(3) Metode
(4) Lokasi
(5) Unit
(6) Frekuensi
(7) Volume
(8) Sasaran
(9) Petugas
(10) Waktu
(11) Perlengkapan
(12) Biaya

VI.  Buatlah Penutup
Penutup berisi tentang uraian singkat yang menggambarkan harapan tersusunnya Programa penyuluhan pertanian yang telah dibuat.

Lampiran-lampiran
PENJELASAN MATRIK PROGRAMA PENYULUHAN
A. Keadaan
 Kolom ini berisi uraian singkat mengenai status pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan pertanian secara umum yang berkaitan dengan tingkat produktivitas usaha pertanian di suatu wilayah.
B. Tujuan
 Kolom ini berisi uraian singkat mengenai upaya yang akan ditempuh untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya pembangunan pertanian secara umum, khususnya yang berkaitan dengan perubahan pengetahuan, wawasan, sikap dan perilaku pelaku utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan dalam peningkatan produktivitas usaha pertanian di suatu wilayah.
C. Masalah
 Kolom ini berisi uraian singkat mengenai factor-fakror yang menyebabkan belum tercapainya tujuan pembangunan pertanian yang diharapkan, baik yang bersifat perilaku maupun non perilaku, yang dihadapi oleh pelaku utama dan pelaku usaha serta seluruh pemangku kepentingan dalam peningkatan produktivitas usaha pertanian di suatu wilayah.
D. Sasaran
 Kolom ini menjelaskan mengenai siapa yang direncanakan untuk mendapat manfaat dari penyelenggaraan suatu kegiatan/metode penyuluhan pertanian di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, atau desa/kelurahan, yaitu :
1. Pelaku usaha, pelaku utama dan kelembagaan petani (untuk programa penyuluhan di semua tingkatan).
2. Penyuluh dan petugas dinas/ instansi lingkup pertanian yang bertugas setingkat di bawah wilayahnya, serta pemangku kepentingan lainnya (untuk programa penyuluhan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan nasional).

Penetapan sasaran perlu dilakukan berdasarkan hasil analisis gender yang dilakukan terhadap pelaku utama dan pelaku usaha pertanian ditingkat rumahtangga petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya, khususnya untuk menentukan “siapa melakukan apa” dan “Siapa memutuskan apa?”. Sasaran penyelenggaraan suatu kegiatan/ metode penyuluhan akan menjadi lebih spesifik karena diarahkan langsung kepada petani dengan penjelasan laki-laki perempuan atau keduanya yang berdasarkan hasil analisis gender merupakan pelaku kegiatan tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias gender dan distorsi pesan akibat penyamarataan sasaran yang dilakukan tanpa mempertimbangkan peran masing- masing (laki-laki atau perempuan)
dalam kegiatan usaha, maupun dalam pengambilan keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan usahanya.

E. Materi
Kolom ini berisi mengenai jenis informasi teknologi yang menjadi pesan bagi sasaran baik dalam bentuk pedoman-pedoman, petunjuk teknis suatu komoditas tertentu dan lain-lain.

F. Kegiatan/ Metode
 Kolom ini berisi kegiatan-kegiatan atau metode penyuluhan yang dapat memecahkan masalah untuk mencapai tujuan.




G. Volume
Kolom volume berisi mengenai jumlah dan frekwensi kegiatan yang akan dilakukan agar sasaran dapat memahami dan melaksanakan pesan yang disampaikan melalui kegiatan/metode penyuluhan, atau agar terjadinya perubahan perilaku pada sasaran.

H. Lokasi
 Kolom ini memuat mengenai lokasi kegiatan penyuluhan yang akan dilaksanakan )desa, kecamatan, kabupaten/kota,dll).

I. Waktu
Kolom ini berisikan mengenai waktu pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang tercantum dalam programa penyuluhan.

J. Sumber Biaya
 Kolom sumber biaya diisi mengenai beberapa biaya yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang ditetapkan, serta dari mana sumber biaya tersebut diperoleh.

K. Penanggungjawab
 Kolom ini berisi mengenai siapa penanggung jawab pelaksanaan kegiatan penyuluhan, sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak dinginkan dapat dengan jelas diminta pertanggung jawaban.

L. Pelaksana
 Kolom ini berisi mengenai siapa yang melaksanakan kegiatan-kegiatan penyuluhan tersebut, apakah dilakukan oleh penyuluh, petani/kontaktani dan/atau pelaku usaha.

M. Keterangan
 Kolom ini berisi uraian mengenai hsl-hsl ysng perlu dijelaskan tentang pihak-pihak yang diharapkan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan.


N. Matriks
Matriks Programa Penyuluhan Pertanian seperti tercantum pada Lampiran 1

            Referensi


1. UU No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan  (SP3K) .
2. Keputusanm  Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No 43 Tahun 2013 tentang Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan Pertanian Menjadi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia.
3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 25/Permentan/OT.140/5/2009 tentang Pedoman Penyusunan Programa Penyuluhan Pertanian
4. Modul Pendidikan Pelatihan Dasar Umum Bagi Tenaga Fungsional Penyuluh Pertanian.
5. Pedoman Pelaksanaan PKL bagi Mahasiswa STPP Malang Tahun 2007.