Selasa, 29 Agustus 2017

PENYULUHAN PERTANIAN ANATOMI RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS

TUGAS TERSTUKTUR
Mata Kuliah : PERENCANAAN USAHA AGRIBISNIS
“ANATOMI RANCANGAN USAHA AGRIBISNIS”
Dosen Pengampu : M. Saikhu, m .Agr








Oleh:
      ( suparlan )




PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN
MALANG
2016






Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “anatomi rancangan usaha agribisnis”. Terimakasih kepada bapak M. Saikhu yang telah membantu dan membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini, dan tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Semoga dengan terselesaikannya makalah ini kami berharap, makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan bagi para pembaca.
            Kami menyadari bahwa makalah ini kurang sempurna. Oleh karena itu, dengan senang hati kami senantiasa menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb


DAFTAR ISI

Kata pengantar

Bab I pendahuluan
Latar belakang……………………………………………              
Tujuan…………………………………………………..…

          Bab II tinjauan pustaka………………………………………..
                   Morfologi bawang merah……………………………….

          Bab III  pembahasan
                   Budidaya bawang merah………………………………..

Bab IV penutup…………………………………………………..
          Kesimpulan…………………………………………………

Daftar pustaka…………………………………………………….



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional.
Pertumbuhan produksi rata-rata bawang merah selama periode 1989-2003 adalah sebesar 3,9% per tahun. Komponen pertumbuhan areal panen (3,5%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan produksi bawang merah dibandingkan dengan komponen produktivitas (0,4%). Bawang merah dihasilkan di 24 dari 30 propinsi di Indonesia. Propinsi penghasil utama (luas areal panen > 1 000 hektar per tahun) bawang merah diantaranya adalah Sumatra Utara, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogya, Jawa Timur, Bali, NTB dan Sulawesi Selatan. Kesembilan propinsi ini menyumbang 95,8% (Jawa memberikan kontribusi 75%) dari produksi total bawang merah di Indonesia pada tahun 2003.Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun 2004 adalah 4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kapita/bulan (Dirjen Hortikultura, 2004). Estimasi permintaan domestik untuk komoditas tersebut pada tahun 2004 mencapai 915 550 ton (konsumsi = 795 264 ton; benih, ekspor dan industri = 119 286 ton).
Profil usahatani bawang merah terutama dicirikan oleh 80% petani yang merupakan petani kecil dengan luas lahan usaha < 0.5 ha. Berbagai varietas bawang merah yang diusahakan petani diantaranya adalah Kuning (Rimpeg, Berawa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok Warso, Bima Timor, Bima Sawo, Bima Brebes, Engkel, Bangkok, Philippines dan Thailand. Sementara itu, varietas bawang merah yang lebih disukai petani untuk ditanaman pada musim kemarau adalah varietas Philippines (impor). Puncak panen bawang merah di Indonesia terjadi hampir selama 6-7 bulan setiap tahun, dan terkonsentrasi antara bulan Juni-Desember-Januari, sedangkan bulan kosong panen terjadi pada bulan Pebruari-Mei dan November. Berdasarkan pengamatan tersebut, musim tanam puncak diperkirakan terjadi pada bulan April-Oktober.
Beberapa komponen teknologi budidaya tanaman bawang merah yang telah dihasilkan oleh lembaga penelitian, antara lain: (a) tiga varietas unggul bawang merah yang sudah dilepas, yaitu varietas Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning, (b) budidaya bawang merah di lahan kering maupun lahan sawah, secara monokultur atau tumpang sari/gilir, (c) komponen PHT - budidaya tanaman sehat, pengendalian secara fisik/mekanik; pemasangan perangkap; pengamatan secara rutin; dan penggunaan pestisida berdasarkan ambang pengendalian, serta (d) bentuk olahan - tepung dan bubuk.
Tujuan pengembangan agribisnis bawang merah mencakup: (a) menyediakan benih varietas unggul bawang merah kualitas impor sebagai salah satu upaya substitusi (pengurangan ketergantungan terhadap pasokan impor), (b) meningkatkan produksi bawang merah rata-rata 5.24% per tahun selama periode 2005 – 2010, (c) mengembangkan industri benih bawang merah dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benih bermutu, serta (d) mengembangkan diversifikasi produk bawang merah dalam upaya peningkatan nilai tambah.Substansi pengembangan agribisnis bawang merah diarahkan pada (a) pengembangan ketersediaan benih unggul, (b) pengembangan sentra produksi dan perluasan areal tanam, serta (c) pengembangan produk olahan
Bawang merah ( Allium ascalonicum) merupakan komoditas hortikultura yang memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang menarik. Selama ini budidaya bawang merah diusahakan secara musiman (seasonal), yang pada umumnya dilakukan pada musim kemarau (April-Oktober), sehingga mengakakibatkan produksi dan harganya berfluktuasi sepanjang tahun.
Untuk mencegah terjadinya fluktuasi produksi dan fluktuasi harga yang sering merugikan petani, maka perlu diupayakan budidaya yang dapat berlangsung sepanjang tahun antara lain melalui budidaya di luar musim (off season). Dengan melakukan budidaya di luar musim dan membatasi produksi pada saat bertanam normal sesuai dengan permintaan pasar, diharapkan produksi dan harga bawang merah dipasar akan lebih stabil.

1.2  Tujuan
Tujuan dari peyusunan makalan ini diuraikain sebagai berikut:
1.      Agar mampu menentukan company profile unit bisnis rujukan sebagai benchmark proses.
2.      Agar mampu menyusun draft company profile unit bisnis sebagai deskripsi unit bisnis pada business plan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Bawang Merah – Bawang merah termasuk kedalam golongan spermatophyte, sub golongan angiospermae, klas monocotyledonae, ordo liliflorae, dan family amaryllidaceae. Akan tetapi beberapa ahli botani menempatkan bawang merah kedalam family liliaceae, karena bunga dan rangkaian bunganya menyerupai bunga lili (bunga tulip). Walaupun demikian bawang merah lebih menyerupai amaryllis(bunga narcissus).
Daun bawang merah hanya mempunyai satu permukaan, berbentuk bulat kecil, memanjang dan berlubang. Bagian ujung daun bawang merah meruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan membengkak. Kelopak daun sebelah luar selalu melingkar menutupi daun yang ada didalamnya.
Bunga tanaman bawang merah termasuk bunga majemuk dan berbentuk tandan, yang bertangkai 50 sampai 200 kuntum bunga. Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil sedangkan di bagian tengah menggembung. Bunga bawang merah merupakan bunga sempurna yang tiap bunganya terdiri dari lima sampai enam benangsari dan satu buah putik dengan daun bunga yang berwarna putih. Bakal buah duduk di atas membentuk bangun segitiga hingga nampak seperti kubah. bunga dari suku Liliaceae kebanyakan merupakan bunga banci (alomorf).
Tanaman bawang merah merupakan tanaman semusim yang jarang diperbanyak dengan biji melainkan dengan umbinya (bulbus). pangkal batang umbi membentuk cakram yang merupakan batang pokok yang tidak sempurna (rudimenter). Dari bagian bawah cakram tumbuh akar-akar serabut dan di bagian atasnya yaitu diantara kelopak-kelopak daun yang membengkak terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi tanaman baru. Tunas ini dinamakan tunas lateral. Tunas inilah yang akan membentuk umbi lapis.



BAB. III
PEMBAHASAN


2.1  budidya tanaman bawang
Prospek agribisnis bawang merah cukup cerah. Penggunaan bawang merah oleh masyarakat cenderung, baik karena pertambahan penduduk maupun penggunaan perkapita. Dewasa ini makin banyak konsumsi makanan siap saji di tengah masyarakat (nasi goreng, sate, tongseng dan lain-lain) yang memerlukan bawang merah. Disamping produk makanan awetan yang juga menggunakan bawang merah goreng.
Berdasarkan sutuasi distribusi bawang merah nampak pula agribisnis bawang merah masih memiliki ruang gerak yang lebar. Bawang merah produksi saat ini belum mencukupi untuk kebutuhan domestic/dalam negeri.
Dapat disaksikan di kota Brebes, daerah yang menghasilkan 30 % dari total produksi nasional (dengan areal panen 18.000 ha/th) ternyata di kota tersebut terdapat importir bawang merah. Menurut pengakuan importir tersebut bawang merah yang diimpor dari ( Philipina, Thailand, dan lain-lain) ternyata dipasaran Brebes baik untuk benih maupun konsumsi.
Di Kabupaten Bantul, sentral produksi bawang merah terdapat di Kecamatan Kretek, Sanden, Srandakan. Dan sekarang berkembang di Kecamatan Pandak, Pundong, Imogiri dan Bantul.
Salah satu jenis/varietas yang ditanam di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya Bantul adalah varietas local tiron. Jenis bawang merah yang berasal kabupaten Bantul ini ditemukan oleh petani yang bernama Pawiro Tiron, oleh karena itu diberi nama Bawang Merah Tiron.
Bawang merah tiron memiliki beberapa keunggulan antara lain :
-
Mampu membentuk anakan yang cukup banyak
-
Berumur genjah
-
Potensi hasil cukup tinggi
-
Dapat dikembangkan pada lahan berpasir dan lahan sawah berpengairan
-
Cocok ditanam pada ketinggian 0 -100 dpl
-
Tahan ditanam pada musim penghujan
-
Tahan terhadap penyakit busuk umbi
Bawang merah tiron ini merupakan varietan bawang merah local DIY yang sudah dirilis oleh Menteri Pertanian sebagai varietas unggul kawasan Bantul Selatan, karena memberikan pendapatan yang tinggi pada petani.
Prospek bawang merah tiron ini cukup baik, karena produksi per hektar per tahun cukup tinggi ± 13 ton/Ha/Tahun, dan tahan terhadap hujan, karena bisa ditanam di luar musim (off season), sehingga bawang merah tiron ini bisa sepanjang musim Disamping itu pasar juga bisa menerima dengan harga yang baik.
Komoditas bawang merah Tiron Bantul merupakan unggulan bawang merah yang mampu dan dapat dikembangakan pada lahan pasir dan lahan sawah berpengairan, oleh karena itu potensi ini dapat dikelola seoptimal mungkin sehingga berdaya guna bagi peningkatan kesejahteraan petani Pada umumnya usaha tani masih beragam dan diperlukan intruduksi teknologi varietas maupun teknologi budidaya.
Hasil kajian menunjukkan bahwa bawang merah Tiron Bantul menunjukkan beberapa teknologi budidaya yang sesuai dengan lahan pasir cukup baik memberikan hasil Bawang merah Tiron Bantul dapat dikembangkan pada daerah-daerah type iklim D menurut Smidt 7 Ferguson (Sumber data, stasiun pengamatan BPP Sanden, Bantul)
CARA BUDIDAYA
Secara umum teknis budidaya bawang merah di lahan pasir tidak jauh berbeda dengan budidaya di lahan sawah, hanya beberapa komponen teknologi yang disesuaikan, antara lain pemakaian mulsa, jarak tanam, dosis pupuk, frekuensi penyiraman.
Tahapan kegiatan dalam budidaya adalah persiapan lahan, penanaman, pemupukan, penyiraman, pemeliharaan.
  1. Persiapan Lahan
-
Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 80-100 Cm, dengan cara menggali lahan sedalam 15 Cm, bedengan menyesuaikanttergantung luas lahan
-
Jarak antar bedengan 45 cm (sebagai jalan)
-
Taburkan secara meratan pupuk organic 10 ton/ha (fine compos) dan 40 ton/ha ( pupuk kandang), tambahkan pupuk SP-36 sebanyak 100 Kg/ha sebagai pupuk dasar
  1. Penanaman
-
Siram bedengan dengan air yang bersih sebelum penanaman dimulai
-
Buatlah lubang tanam tjarak tanam 20 X 18 Cm sedalam umbi
-
Benamkan umbi bawang dalam lubang tanam dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit kebawah hingga ujung umbi rata dengan permukaan tanah
-
Tutup bedengan yang telah ditanami dengan mulsa jerami untuk menjaga kelembaban pada siang hari
-
Penanaman bawang merah di lahan pasir sebaiknya dilakukan pad a musim penghujan.
  1. Pemupukan
    Selain pupuk dasar perlu dilakukam pemupuk susulan
-
Pupuk ZA diberikan 3 kali masing-masing pad a umur 12 hari, 23 hari dan 35 hari setelah tanam dengan dosis 300 Kg/ha.
-
Pupuk KCL deberikan 1 kali pada umur 12 hari setelah tanam dengan dosis 100 Kg/ha
  1. Penyiraman
    Usahakan agar tanah tetap lembab sampai umur 50 hari dengan melakukan penyiraman pagi dan sore secara rutin, air yang dipergunakan untuk penyiraman dengan memperhatikan :
-
Air tidak mengandung racun yang membahayakan pertumbuhan tanaman & tanah.
-
Sumber air tidah berasal dari saluran pembuangan limbah industri yang dapat membahayakan tanaman dan tanah
  1. Pemeliharaan
    Pemeliharaan meliputi : Penyiangan dan pencabutan gulma, pengendalian hama penyakit dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan.
  2. Panen
    Bawang merah dapat dipanen pada umur 60-70 hari. Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen yaitu pangkal daun mengempis,daun tampak menguning, daun rebah 75 % dan buah mengambang warna merah dan keras. Cara memanen bawang merah dicabut dijajar berbaris selebar bedengan dengan umbi bawang merah ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan dikeringkan 4-6 hari.
  3. Penyimpanan
    Cara penyimpanan bawang merah pada rak-rakan bamboo. Rak-rakan dibuat 4-5 tingkat dengan selang 40 Cm ke atas dan jarak antar rak 70 Cm. Setiap minggu sekali dilakukan pengontrolan dan pengasapan. Gudang mempunyai ventilasi cukup, lantai sebaiknya semen agar kedap air, atap gudang kena sinar matahari langsung.






BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
bawang merupakan tanaman panagan yang dibutuhkan ibu rumah tangga setiap hari oleh sebab itu prospek bisnisnya sangat menjanjikan bagi  petani bawang dengan harga yang relatif terjangkau bagi masyarakat maka bawang dari produksi petani ini tentunya akan laku dipasaran




DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul
Jalan KH. Wahid Hasyim 210 Palbapang Bantul 55713
http://ilmubiologi.com/morfologi-bawang-merah