Selasa, 29 Agustus 2017

Mitos-Mitos Dalam Komunikasi

Mitos-mitos dalam komunikasi
Menurut Gonzales (1986) ada 20 mitos yang terkait dengan proses komunikasi. Yang dimaksud mitos ini adalah nilai-nilai atau kebiasaan umum yang diyakini sebagai suatu kebenaran sehingga dijadikan sebagai dasar untuk melakukan komunikasi penyuluhan.
A.      Mitos Pada Sumber Komunikasi
1.    Yang baru adalah lebih baik
Dalam proses komunikasi penyuluhan salah satu tugas penyuluh sebagai sumber komunikasi adalah menyampaikan informasi tentang inovasi kepada sasaran agar sasaran mau mengadopsi inovasi tersebut. Banyak yang mengasumsikan bahwa yang dimaksud inovasi itu adalah semua hal yang baru. Dan yang perlu diluruskan adalah, bahwa yang dimaksud inovasi itu bukan hanya sesuatu yang baru, tetapi sesuatu yang baru dirasakan baru oleh sasaran, cocok dengan kondisi sasaran dan mempunyai dampak bisa meningkatkan kualitas hidup sasaran.
2.      Pendidikan lebih baik dibanding pengalaman
Akibat dari mitos ini, petani sasaran yang umumnya hanya berpendidikan formal  rendah, selau dinilai lebih bodoh, dan seorang penyuluh yang mempunyai formal pendidikan yang tinggi merasa lebih tahu dan lebih pandai, meskipun pada umumnya lebih banyak petani yang tahu tentang usahanya, masalah yang dihadapinya, serta cara dari memecahkan masalah tersebut. Dan akibat lain yang ditimbulkan perencanaan pembangunan yang dimaksud untuk memcahkan masalah masyarakat setempat, seringkali tidak memperhatikan dan mendengarkan bahsan pertimbangan yang disampaikan masyarakat.
3.      Hanya ilmuan yang melakukan penelitian
Adanya anggapan di kalangan sumber bahwa hanya ilmuan (orang pandai) yang dapat melakukan penelitian. Akibatnya setiap upaya pemecahan masalah atau kegiatan ke arah  perubahan (pembanguanan) selalu menunggu hasil penelitian oleh lembaga-lembaga penelitian atau perguruan tinggi. Pengalaman menunjukkan bahwa masyarakat juga sering melakukan penelitian trial and error dalam kehidupannya sehari-hari yang telah berlangsung lama.
4.      Peniruan atau penjiplakan “kasus” keberhasilan
Pengalaman menunjukkan bahwa para penyuluh seringkali hanya meniru atau  menjiplak keberhasilan yang telah diperoleh dari hasil kegiatan diam tempat yang pernah dilakukan oleh orang lain.
B.       Mitos yang terdapat dalam pesan
1.    Informasi saja cukup untuk merangsang pembangunan
Konsekuensi dari mitos ini muncullah juru penerang yang bertugas menyampaikan informasi tentang program pembangunan. Praktek ini tidak cukup menjamin keberhasilan pembangunan, karena sering adanya informasi yang belum cukup menjamin bahwa pembangunan yang direncanakan telah berjalan dengan baik.
2.      Isi pesan sama dengan pengaruh yang diharapakan
Mitos ini bertolak dari teori Bullet yang menerangkan bahwa pengaruh pesan tergantung dari isi pesan yang disampaikan. Artinya, jika ingin mencapai keberhasilan pembangunan, harus banyak menyampaikan pesan-pesan yang berisi keberhasilan pembangunan.
3.      Apa yang ditonjolkan sama dengan pengaruhnya
Mitos yang terkandung dalam unsur pesan adalah upaya untuk menonjolkan bagian tertentu dari isi pesan yang mengharapkan respon (tanggapan) dari masyarakat sasaran.   
C.       Mitos yang terkandung dalam saluran
1.      Media yang lebih besar adalah lebih baik
Efektifitas komunikasi tidak terletak pada “besarnya” media atau tingkat kecanggihan teknologi yang ada, akan tetapi harus dicarikan media yang paling efektif yakni sederhana, cocok dengan keadaan sasaran, materi dan tujuan komunikas.
2.      Kampanye untuk umum adalah kampanye media massa

D.      Mitos yang tekandung dalam sasaran
1.      Pengambilan keputusan cenderung individual
Ada suatu anggapan bahwa keputusan yang diambil seseorang itu karena sangat tergantung oleh pertimbangannya sendiri. Hal ini didasarkan pada teori penggunaan individu sebagai unit analisis dalam modernisasi.
2.      Masyarakat umum sebagai sasaran yang dipilih
Berarti bahwa pembangunan akan berhasil jika dilakukan upaya-upaya khusus pada setiap kelompok sasaran tertentu.
3.      Penerapan awal adalah penutan yang terbaik
Dalam proses pembangunan, model panutan yang baik seyogyanya memiliki kondisi yang tidak berbeda dengan yang dimiliki oleh sebagian besar anggota sasaran, atau jika memungkinkan memiliki kondisi yang relatif sama.
4.      Setiap individu menanggung kesalahannya sendiri
Dalam proses komunikasi harus tetap terjaga jangan sampai ada seorangpun anggota sistem sosial yang ada mengalami kesulitan atau kerugian yang diakibatkan kesalahannya sendiri dalam mengadopsi inovasi yang ditawarkan.
5.      Setiap anggota masyarakat harus mengalami sosialisasi ke arah modernisasi
Masyarakat tidak harus diubah (perilaku,nilai-nilai,norma, dan kepercayaannya) menjadi lebih modern, akan tetapi yang terpenting adalah seberapa jauh mereka sadar, mau dan mampu berpartisipasi dalam proses pencapaian tujuan penyuluhan atau pembangunan.
6.      Tidak perlu mendengarkan sasaran
Perlu diperhatikan bahwa dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan, penyuluh seyogyanya mawas diri dan bersedia memperhatikan respon atau suara-suara yang dikemukakan masyarakat sasaran sebagai umpan balik demi tercapainya tujuan penyuluahan atau pembangunan yang diinginkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi
Dalam rangka menyampaikan inovasi pada proses penyuluhan, komunikasi yang efektif sangat diperlukan oleh seorang komunikator. Terdapat beberapa prinsip dasar yang mempengaruhi keberhasilan suatu proses komunikasi.
1.      Faktor teknis
Faktor yang bersifat kurangnya penguasaan teknis komunikasi
2.      Faktor perilaku
Perilaku komunikan yang bersifat pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang otoriter, ketidakmampuan untuk berubah walaupun salah, sifat yang egosentris.
3.      Faktor Situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial, politik dan keamanan.
4.      Keterbatasan Waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, yang tentunya tidak akan bisa memenuhi persyaratan-persyaratan komunikasi.
5.      Jarak Psychologis/status sosial
Biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu status sosial maupun status dalam pekerjaan.
6.      Adanya Evaluasi Terlalu Dini

Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat komunikasi yang baik.